Waspadai aliran yang mencuci otak seperti kasus Lian....
KAsus Lian yang hilang beberapa hari dan kemudian ditemukan dalam kondisi linglung mmebuat kita harus waspada terhadap keberadaan kelompok ini. KOnon kelompok ini adalah bagian dari NII (Negara Islam Indonesia). Lebih lanjut mengenai metode pencucian otak ala NII simak artikel berikut yang saya kutip dari detik.com
Jakarta - Lian Febriani diduga dicuci otak sehingga linglung dan tidak mengenal dirinya sendiri dan keluarganya. Siapa pelakunya? Masih misterius. Namun eks anggota gerakan Negara Islam Indonesia (NII) menduga, ibu muda beranak satu itu baru saja dibaiat untuk masuk Komandemen Wilayah (KW) 9 NII.
"Kalau dilihat dari ceritanya dia, itu model perekrutan NII. Karena dari dulu model perekrutan mereka sama," kata Ketua Tim Rehabilitasi NII Crisis Center Sukanto saat berbincang dengan detikcom, Rabu (13/4/2011). NII Crisis Center dibuat sebagai sarana informasi tentang maraknya korban KW9 NII.
Sukanto yang dulu bertahun-tahun berkecimpung di NII ini mengatakan, proses perekrutan NII normalnya dilakukan oleh satu orang. Namun dalam pelaksanaannya, si perekrut itu dibantu oleh anggota NII yang lain.
"Biasanya mereka membentuk semacam kelompok diskusi. Dan pertemuan awal itu biasanya tidak langsung berbicara soal agama tapi bisa soal topik apa saja yang membuat si target tertarik. Di tahap inilah proses doktrin sudah dimulai," kata pria yang akrab disapa Anto itu.
Setelah dua sampai tiga kali pertemuan, si target akan dipersiapkan untuk melakukan hijrah atau pindah ke suatu tempat. Namun sebelum itu dilakukan, si target harus memberi sedekah untuk membersihkan diri dari dosa-dosa mereka selama ini.
"Besar sedekahnya bervariasi mulai Rp 100 ribu hingga Rp 10 juta. Tergantung perekonomian si target. Baru setelah itu, target akan diambil untuk hijrah," cerita Anto yang pernah menjabat sebagai camat di NII itu. Sekadar diketahui, organisasi NII adalah negara dalam negara, yang memiliki struktur mulai ketua RT, lurah, camat, hingga level atas.
Saat waktu hijrah tiba, si target akan dijemput di suatu tempat, bisa halte atau mal-mal. Mereka selanjutnya akan dibawa dengan mobil dengan mata tertutup namun tidak ditutup dengan kain.
"Target diminta menutup mata sehingga tidak mengetahui ke mana mobil itu pergi. Mobil yang membawa target biasanya berkaca gelap sehingga tidak terlihat dari luar," kata Anto.
Sesampainya di lokasi pertama biasanya sekitar pukul 04.00 dini hari. Si target akan langsung 'dibina' dan didoktrin sehingga menyatakan ingin masuk menjadi warga negara NII. "Itu ada dua segmen, biasanya satu kelompok itu diikuti oleh 20 calon anggota," kata Anto.
Anto mengatakan, setelah 'pembinaan' itu selesai, si target akan dibawa ke suatu tempat yang lain lagi. Di tempat itulah mereka akan didoktrin sebanyak-banyaknya hingga mereka menyatakan ingin masuk ke NII. Doktrin ini dilakukan berjam-jam dan tanpa henti.
"Keesokan harinya sekitar pukul 13.00 sampai 15.00 WIB, target akan melakukan proses pelepasan kewarganegaraan. Mereka akan diminta memohon untuk diterima menjadi warga negara NII. Mereka berbicara di depan dua saksi Malik dan Ridwan," kata Anto.
Setelah proses itu, target akan dinyatakan diterima di NII. Lantas, mereka akan dibaiat (disumpah) dengan sembilan poin. Target tersebut juga akan berganti nama.
"Lalu setelah itu, mereka akan dipulangkan di tempat mereka dijemput tadinya. Dan biasanya di tempat penjemputan itu, anggota baru itu akan disambut oleh orang yang merekrutnya dan kembali mendapat pembinaan," kata Anto.
Tahapan-tahapan itu, menurut Anto, mirip dengan apa yang terjadi pada Lian. Karena itu Anto yakin Lian adalah satu satu dari korban NII. "Tahapan itu similar sekali dengan yang terjadi pada Lian kan," kata Anto.
Lian menghilang sejak Kamis 7 April lalu. Ibu muda beranak satu itu ditemukan petugas keamanan di Masjid Atta'awun, sebuah masjid terkenal yang ramai di Puncak, Bogor, pada Jumat 8 April dan dijemput keluarga pada Minggu (10/4). Saat ditemukan Lian linglung dan tidak ingat di mana rumah dan asal usulnya. Lian yang kala itu bercadar menyebut dirinya sebagai Maryam.
Jakarta - Lian Febriani diduga dicuci otak sehingga linglung dan tidak mengenal dirinya sendiri dan keluarganya. Siapa pelakunya? Masih misterius. Namun eks anggota gerakan Negara Islam Indonesia (NII) menduga, ibu muda beranak satu itu baru saja dibaiat untuk masuk Komandemen Wilayah (KW) 9 NII.
"Kalau dilihat dari ceritanya dia, itu model perekrutan NII. Karena dari dulu model perekrutan mereka sama," kata Ketua Tim Rehabilitasi NII Crisis Center Sukanto saat berbincang dengan detikcom, Rabu (13/4/2011). NII Crisis Center dibuat sebagai sarana informasi tentang maraknya korban KW9 NII.
Sukanto yang dulu bertahun-tahun berkecimpung di NII ini mengatakan, proses perekrutan NII normalnya dilakukan oleh satu orang. Namun dalam pelaksanaannya, si perekrut itu dibantu oleh anggota NII yang lain.
"Biasanya mereka membentuk semacam kelompok diskusi. Dan pertemuan awal itu biasanya tidak langsung berbicara soal agama tapi bisa soal topik apa saja yang membuat si target tertarik. Di tahap inilah proses doktrin sudah dimulai," kata pria yang akrab disapa Anto itu.
Setelah dua sampai tiga kali pertemuan, si target akan dipersiapkan untuk melakukan hijrah atau pindah ke suatu tempat. Namun sebelum itu dilakukan, si target harus memberi sedekah untuk membersihkan diri dari dosa-dosa mereka selama ini.
"Besar sedekahnya bervariasi mulai Rp 100 ribu hingga Rp 10 juta. Tergantung perekonomian si target. Baru setelah itu, target akan diambil untuk hijrah," cerita Anto yang pernah menjabat sebagai camat di NII itu. Sekadar diketahui, organisasi NII adalah negara dalam negara, yang memiliki struktur mulai ketua RT, lurah, camat, hingga level atas.
Saat waktu hijrah tiba, si target akan dijemput di suatu tempat, bisa halte atau mal-mal. Mereka selanjutnya akan dibawa dengan mobil dengan mata tertutup namun tidak ditutup dengan kain.
"Target diminta menutup mata sehingga tidak mengetahui ke mana mobil itu pergi. Mobil yang membawa target biasanya berkaca gelap sehingga tidak terlihat dari luar," kata Anto.
Sesampainya di lokasi pertama biasanya sekitar pukul 04.00 dini hari. Si target akan langsung 'dibina' dan didoktrin sehingga menyatakan ingin masuk menjadi warga negara NII. "Itu ada dua segmen, biasanya satu kelompok itu diikuti oleh 20 calon anggota," kata Anto.
Anto mengatakan, setelah 'pembinaan' itu selesai, si target akan dibawa ke suatu tempat yang lain lagi. Di tempat itulah mereka akan didoktrin sebanyak-banyaknya hingga mereka menyatakan ingin masuk ke NII. Doktrin ini dilakukan berjam-jam dan tanpa henti.
"Keesokan harinya sekitar pukul 13.00 sampai 15.00 WIB, target akan melakukan proses pelepasan kewarganegaraan. Mereka akan diminta memohon untuk diterima menjadi warga negara NII. Mereka berbicara di depan dua saksi Malik dan Ridwan," kata Anto.
Setelah proses itu, target akan dinyatakan diterima di NII. Lantas, mereka akan dibaiat (disumpah) dengan sembilan poin. Target tersebut juga akan berganti nama.
"Lalu setelah itu, mereka akan dipulangkan di tempat mereka dijemput tadinya. Dan biasanya di tempat penjemputan itu, anggota baru itu akan disambut oleh orang yang merekrutnya dan kembali mendapat pembinaan," kata Anto.
Tahapan-tahapan itu, menurut Anto, mirip dengan apa yang terjadi pada Lian. Karena itu Anto yakin Lian adalah satu satu dari korban NII. "Tahapan itu similar sekali dengan yang terjadi pada Lian kan," kata Anto.
Lian menghilang sejak Kamis 7 April lalu. Ibu muda beranak satu itu ditemukan petugas keamanan di Masjid Atta'awun, sebuah masjid terkenal yang ramai di Puncak, Bogor, pada Jumat 8 April dan dijemput keluarga pada Minggu (10/4). Saat ditemukan Lian linglung dan tidak ingat di mana rumah dan asal usulnya. Lian yang kala itu bercadar menyebut dirinya sebagai Maryam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar