Senin, 26 September 2011

Sebelumnya, bom juga meledak di Ambon, Muslim Ambon siaga

M. Fachry

Ahad, 25 September 2011 20:53:17

Hits:

AMBON (Arrahmah.com) – Ternyata, sebelum ledakan bom yang mengejutkan di GBIS Kepunton, Solo terjadi, Ahad (25/09/2011), sebuah bom rakitan meledak di terminal Mardika, Sabtu (24/09/2011) sekitar pukul 23.00 WIT. Muslim Ambon mencurigai bom rakitan ini ulah provokator yang ingin mengulang insiden 11 September lalu di Ambon. Kaum Muslimin Ambon pun kembali siaga!

Bom rakitan provokasi kerusuhan

Belum selesai pengungkapan kasus insiden rusuh Ambon, 11 September 2011, Ambon kembali diguncang sebuah bom rakitan yang meledak di terminal Mardika, sekitar pukul 23.00 WIT, Sabtu (24/09/2011). Menurut keterangan seorang warga, bom tersebut kecil dan cuma bom rakitan yang diledakkan di sela-sela toko dan jalan, tepatnya di samping sungai seberang Kodam.

Setelah ledakan, puluhan polisi langsung melakukan pengamanan di TKP. Terhadap bom rakitan ini, kaum Muslimin Ambon mencurigai bahwa bom tersebut adalah ulah provokator yang ingin mengulang insiden 11 September. Hal ini dikarenakan sebelumnya beredar isu bahwa besok Minggu, 25 September 2011 akan terjadi kerusuhan besar-besaran di Ambon.

“Ini ulah provokator untuk mengacaukan kedua belah pihak. Karena saat ini beredar isu akan ada kerusuhan besar-besaran tanggal 25 September,” ujar seorang pemuda Islam yang sedang bersiaga.

Akibat bom rakitan tersebut, suasana Ambon kembali memanas, karena warga trauma dengan inseden kemarin, yang menewaskan 7 orang Muslim, meluluhlantakkan puluhan rumah, dan mengakibatkan ribuan kaum Muslimin mengungsi.

Penyusup Kristen ke kampung Islam kepergok

Ironisnya, di saat situasi mencekam pasca ledakan bom rakitan di terminal Mardika Ambon, seorang pria yang diduga dari pihak Kristen menyusup ke perkampungan Muslim dengan membawa bensin.

Seorang ibu warga Amplas (Ambon Plasa) yang minta dirahasiakan namanya, memaparkan kepada voa-islam.com, bahwa ia memergoki dua orang pria dini hari sekitar pukul 01.00 WIT (25/9/2011). Satu orang di antaranya memakai sweater warna merah membawa satu jerigen besar berisi bensin.

Melihat gelagat mencurigakan, seorang ibu mendekat sambil berteriak, “Hai kamu sedang apa?” Tanpa pikir panjang dua pemuda mencurigakan itu kabur dengan motornya, tanpa sempat membawa jerigen bensinnnya.

Ibu paruh baya itu menengarai kedua pelaku berasal dari pihak kristen, karena saat kepergok, langsung melarikan diri menuju perkampungan kristen.

“Posisi mereka malam itu berada di Amplas, kemudian lari melalui Lorong Arab,” jelasnya.

Mengantisipasi seluruh kondisi tersebut, kaum Muslimin Ambon tetap waspada dengan berjaga-jaga di desa-desa perbatasan, khususnya di kampung Waringin, Air Mata Cina, Batu Merah, Mardika, dan Jalan Baru. Semoga Allah SWT., selalu memberikan pertolongan kepada mereka. Insya Allah!

(M Fachry/voa-islam/arrahmah.com)

Pesan kaum Muslimin Ambon atas ledakan di Solo

M. Fachry

Ahad, 25 September 2011 16:54:00

Hits:

AMBON (Arrahmah.com) – Kaum Muslimin Ambon, korban kedzoliman nasrani pasca kerusuhan 11 September 2011, mengirim pesan menanggapi ledakan bom yang terjadi di GBIS Kepunton, Tegalharjo, Jebres, Solo, Ahad (25/09/2011), sekitar pukul 10.55. Mengapa kaum Muslimin diperlakukan diskriminatif?

Pasca ledakan bom di GBIS Kepunton, Tegalharjo, Jebres, Solo, Ahad (25/09/2011) sekitar pukul 10.55 WIB, aparat pemerintah terlihat langsung sibuk. Selain presiden SBY sendiri yang langsung memberi instruksi untuk mengungkap pelaku peledakan, Kapolri dan Kabareskim pun langsung mengunjungi TKP. Hal ini berbeda sekali dengan ketika kerusuhan Ambon meletus pada Ahad, 11 September 2011 lalu, dimana hingga kini belum juga diungkap siapa pemicu dan pelaku kerusuhan tersebut. Berikut sms keprihatinan dari kaum Muslimin Ambon yang dikirin ke redaksi Arrahmah.com

Pesan kaum Muslimin Ambon korban kedzoliman Nasrani

Ketika bom meledak di gereja kepunton Solo, semua pejabat dari presiden, menkopolhukan, kapolri, sampai ketua umum GP Ansor semuanya berkomentar pedas, mengutuk dan meminta segera diusut dan ditangkap pelakunya. Tapi kenapa ketika tanggal 11 September 2011, kaum Muslimin Ambon menjadi korban kedzoliman orang-orang Nasrani kita tidak mendengar komentar yang sama seperti hari ini ?

Padahal, ada 7 orang Muslimin Ambon yang tewas pada kejadian tersebut, ada 100 orang lebih kaum Muslimin yang terluka, ada 1 kampung Muslim yang habis terbakar rumahnya, ada 3000 pengungsi Muslim yang berada di tempat-tempat pengungsian sampai hari ini dengan keadaan yang sangat memprihatinkan. Bisakah presiden, menkopolhukam, kapolri, kapolda Maluku atau bahkan ketua umum GP Ansor mengungkap dan menangkap dengan segera pelaku yang telah membakar kampung Muslimin Waringin, Ambon, yang telah membunuh 7 orang Muslim yang telah mencederai 100 orang Muslim Ambon?

Sumber: diambil dari (M Fachry/arrahmah.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...