Kamis, 29 September 2011

Wara’ Kunci Kesuksesan dan Keselamatan

june 15, 2011 ahlulkisa Jendela Qalbu, News

maqam-al-habib-ali-bin-muhammad-al-habsyi

Mutiara Kalam Al Imam Al Habib Ali Bin Muhammad Bin Husain Al Habsy

Al Imam Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi adalah penyusun Kitab Maulid “Simtud Durar”

Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi RA adalah salah satu auliya (kekasih) Allah SWT yang kata-kata dan petuahnya selalu diterima setiap insan. Perbuatan dan perangainya selalu menjadi teladan bagi mereka. Majelis beliau senantiasa dipadati oleh orang-orang yang hendak mendulang ilmu dan sir dari beliau. Tidak terkecuali orang yang berilmu pun turut hadir di majelis itu, karena mereka melihat derasnya hikmah dan rahasia-rahasia yang bermutu tinggi yang disampaikan oleh beliau.
Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi berkata :

“Wahai saudara-saudaraku, hati kita telah menjadi kaku dan beku, tidak ada lagi bekas dan pengaruh dari Al Quran maupun nasehat para ulama yang selalu didengarnya. Sedang kita tidak tahu apa gerangan penyebab kekerasan hati itu. Ketahuilah bahwa penyebab terbesar dan yang paling dominan adalah karena makanan yang kotor (syubhat atau haram) yang masuk ke perut kita, saat ini banyak orang tidak perduli dan bahkan tidak takut untuk jatuh pada keharaman, mereka meremehkan masalah ini.

Bagaimana mungkin nasehat dan petuah yang sampai akan memberikan atsar (pengaruh) dan membekas di hati, sedang makanan yang dikonsumsi adalah haram? Mudah-mudahan Allah menjauhkan kita dari keharaman di mana pun dan kapan pun kita berada, serta menghalangi dan membentengi kita dari orang yang suka keharaman.

Ketahuilah, keluarga kita (para salaf shaleh), thariqah (jalan) mereka adalah mencari yang halal dan bersikap wara’ (berhati hati/menjaga diri). Hati-hatilah saudaraku dari makanan haram. Kekasih kalian Nabi Muhammad SAW telah bersabda (yang artinya), “Setiap daging yang tumbuh dari makanan yang haram maka neraka lebih pantas untuknya”.

Hadits di atas sudah cukup populer dan sering disampaikan sebagaimana terdapat dalam kitab Kasyful Khafa’ karya Al Imam Al ‘Ajaluniy ra. Imam Sahl bin Abdillah At Usturi, salah seorang ulama salaf berkata,

“Siapa memakan yang haram, maka tubuhnya akan bermaksiat, dia mau atau tidak, Dan siapa yang memakan yang halal maka tubuhnya akan berbuat taat, dia mau atau tidak”.

Pada masa kita ini, nyaris tidak ditemukan lagi orang yang wara’ kecuali sangat sedikit kebanyakan mereka telah terjerumus dalam keharaman. Ketahuilah bahwa hati ini akan menjadi gelap karena makanan haram, baik dia menyadari dan mengetahuinya atau tidak. Baiklah jika memang dia tidak mengetahui bahwa yang dimakannya adalah haram, ini mungkin agak ringan (tetapi tetap akan menyebabkan kegelapan hatinya).

Tapi yang dengan sengaja melakukannya maka celakalah dia, binasalah dia, sebab siapa memasukkan satu suapan haram pada tubuhnya maka shalatnya tidak diterima oleh Allah selama suapan itu masih berada dalam tubuhnya. Siapa yang shalat dengan baju yang disana terdapat satu benang (kain) yang haram maka shalatnya tidak diterima oleh Allah selama baju itu melekat ditubuhnya. Lalu apa faedah yang akan didapat dari amalnya jika ternyata itu semua tidak diterima? Bagaimana mungkin cahaya akan masuk ke dalam hati yang gelap gulita?

Saat ini, jika kamu datang kepada sekelompok orang lalu membicarakan masalah ke-wara’-an, maka mereka akan berkata,

”Kamu ini siapa?”
“Kamu sedang berada di mana?”
“Sekarang manusia semua sudah makan yang haram. Di mana yang halal?”
“Kamu mau makan apa?”

Ketahuilah bahwa kata-kata semacam ini adalah kurang ajar dan menentang (berani) kepada Allah SWT. Padahal bumi Allah sangatlah luas, jika dia mau berusaha pasti akan mendapatkan yang halal sekalipun dengan usaha yang keras.

Yang lebih mengherankan lagi bahwa ada sebagian manusia yang berakal, memiliki pikiran, tetapi sengaja memakan yang haram padahal dia tahu bahwa dengan perbuatannya itu dia akan diadzab oleh Allah. Sebab jika dia melakukan itu dia akan terseret ke dalam neraka, maka tinggalkanlah makanan haram, pasti akan datang kepada kalian makanan yang halal.

Nabi Muhammad saw bersabda (yang artinya),

“Yang halal itu jelas dan haram juga jelas, dan antara keduanya adalah perkara yang syubhat (remang-remang), banyak manusia tidak mengetahui kejelasannya. Maka siapa yang manjaga diri dari barang syubhat ini, maka dia telah menjaga harga diri dan agamanya. Dan siapa yang terjerumus pada syubhat maka dia akan terjerumus pada yang haram, ibarat seorang pengembala yang menggembalakan kambingnya di dekat daerah larangan maka dia nyaris akan memasuki daerah larangan itu.”
(HR Bukhari dan Muslim dll)

Saat ini, hampir tidak ada mudzakarah (pengajian) tentang wara’, sebab jika ada yang menyebutkamya maka dia akan diam karena khawatir akan diingkari oleh orang lain, sebab keharaman sudah membaur di antara masyarakat. Inilah hari di mana kebenaran banyak disepelekan. Nasehat sudah tidak masuk ke dalam hati dan rasa takut kepada Allah sudah tidak bersemayam lagi dalam kalbu. Dan sebabnya adalah makanan haram yang mengeraskan dan menggelapkan hati.

Saat ini banyak orang yang datang kepada kita dan menipu kita dengan menyuruh agar uang-uang kita ditabung di bank (agar menghasilkan bunga yang banyak), anak-anak kecil yang mendapat harta warisan yang banyak, mereka diperdaya agar uangnya disimpan sehingga ketika anak itu sudah baligh maka dia akan mendapati hartanya telah tercampur dengan keharaman.

Maka dari itu jagalah diri kita dan keluarga kita terutama dari hal yang semacam ini, jangan sampai tubuh mereka terisi makanan syubhat apalagi haram, sekuat apapun usaha kita untuk mengarahkan mereka ke jalan yang lurus, namun jika makanan yang kita berikan tidak benar, maka akan sia-sia usaha tersebut. Dan kita larang mereka sekuat tenaga dari kemungkaran, maka itu pun akan sia-sia. Karena makanan baram telah mendarah daging dengan mereka.

Dalam atsar disebutkan,

“Jika kalian banyak sholat sehingga menjadi seperti tiang-tiang, bannyak berpuasa sehingga kurus kering seperti tali busur, semua ibadah itu tidak akan diterima kecuali jika dilandasi dengan kewara’an yang tinggi“.

Al Habib Abdullah bin Alawiy Al Haddad RA dalam untaian nasehatnya menyatakan,

“Ketahuilah semoga Allah merahmati kalian bahwa makanan halal akan menyinari hati dan melembutkannya dan menyebabkan adanya rasa takut kepada Allah dan _khusyu’ kepadaNya, memberikan semangat dan motivasi pada anggota tubuh untuk taat dan beribadah serta menumbuhkan sikap zuhud terhadap dunia dan kecintaan pada akhirat. Dan inilah sebab diterimanya amal amal sholeh kita dan dikabulkannya doa-doa kita.”_

Sebagaimana sabda Rasulullah saw kepada Sa’ad bin Abi Waqqash, “Perbaguslah (jaga kehalalan) makananmu, niscaya doamu akan dikabulkan”.

“Adapun makanan haram dan syubhat maka kebalikan dari yang sudah disebutkan tadi, dia akan menyebabkan kekerasan hati dan menggelapkannya, mengikat (mengekang) tubuh dari ketaatan dan menjadikannya rakus terhadap dunia. Inilah sebab ditolaknya amal-amal ibadah dan doanya.”

Sebagaimana dalam sebuah hadits, di mana Rasulullah saw menceritakan seorang musafir yang bajunya compang-camping, rambutnya berdebu (tidak terurus), dan dia menengadahkan kedua tangannya ke langit (dengan suara lirih dan penuh harapan–red) dia berkata,

“Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku …”

Namun makanannya haram, minumannya haram, bajunya haram dan dimasukkan pada mulutnya makanan haram, maka bagaimana mungkin akan diterima doanya?

Maka berusahalah mencari pekerjaan dan makanan yang halal dan jauhilah keharaman. Dan ketahuilah bahwa kewara’an ini tidak hanya pada makanan saja tapi mencakup semua aspek pekerjaan kita. Berbuat apapun harus dilandasi dengan kehati-hatian dan kewaspadaan, jika masih ragu maka tingglkanlah, khawatir akan terjerumus pada keharaman dan akibatnya pasti fatal.

Wallahu A`lam

Rabu, 28 September 2011

Nasab Wali Songo

BUKTI BAHWA WALI SONGO ADALAH KETURUNAN NABI MUHAMMAD


Oleh:
Syarifah Irhamni binti Ahmad Zaini Azmatkhan Ba'alawi Al-Husaini, MA

Bermula silsilah wali songo ditemukan oleh sayid Ali bin Ja’far Assegaf pada seorang keturunan bangsawan Palembang. Dalam silsilah tersebut tercatat tuan Fakih Jalaluddin yang dimakamkan di Talang Sura pada tanggal 20 Jumadil Awal 1161 hijriyah, tinggal di istana kerajaan Sultan Muhammad Mansur mengajar ilmu ushuluddin dan alquran. Dalam silsilah tersebut tercatat nasab seorang Alawiyin bernama sayid Jamaluddin Husein bin Ahmad Jalaluddin bin Abdullah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi 'Ammul Faqih bin Muhammad Shohib Mirbath, yang mempunyai tujuh anak laki. Di samping itu tercatat pula nasab keturunan raja-raja Palembang yang bergelar pangeran dan raden, nasab Muhammad Ainul Yaqin yang bergelar Sunan Giri.

Sebagaimana telah diketahui bahwa keturunan Alawiyin yang berada di Indonesia berasal dari Hadramaut.

Imam Alwi bin Muhammad Shahib Mirbath dijuluki Ammu al-Faqih, dikaruniai 4 orang anak lelaki, masing-masing bernama Abdul Malik, Abdullah, Abdurahman dan Ahmad. Dari Abdul Malik Azmatkhan inilah, yang keturunannya dikenal dengan "AZMATKHAN", menurunkan leluhur wali songo di Indonesia.
Abdul Malik bin Alwi lahir di kota Qasam pada 26 Jumadil Akhir 574 hijriyah. Ia meninggalkan Hadramaut pergi ke India bersama para sayid Alawiyin. Di India ia bermukim di Nashrabad. Ia mempunyai beberapa orang anak lelaki, diantaranya sayid Abdullah Amir Khan. Sayid Abdullah Amir Khan mempunyai anak bernama Amir al-Mu’azhom Syah Maulana Ahmad Jalaluddin. Beliau dikarunia anak bernama Jamaluddin Husein yang datang ke pulau Jawa dari Champa (Kamboja)., Jamaluddin Husein hijrah ke Jawa bersama ketiga saudaranya yaitu syarif Qamaruddin, syarif Majduddin dan syarif Tsana’uddin pada akhir abad ke 7 hijriyah.

Di Kemboja Jamaluddin Husein menikahi anak seorang raja di negeri itu dan mempunyai anak yang diantaranya bernama Ali Nurul Alam (Maulana Israel) dan Ibrahim al-Ghazi (Ibrahim Zainuddin Akbar Asmaraqandi).

Menurut sayid Ahmad bin Abdullah Aseggaf dalam kitabnya Khidmah al-Asyirah, Ali Nurul Alam (Maulana Israel)dikarunia anak bernama Abdullah Umdatuddin. Dari Abdullah inilah dikarunia anak bernama Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Sedangkan Ibrahim al-Ghazi (Ibrahim Zainuddin Akbar Asmaraqandi)bersama ayahnya meninggalkan negerinya ke tanah Aceh. Di Aceh beliau menggantikan ayahnya dalam kegiatan menyebarkan agama Islam di kalangan penduduk. Sedangkan ayahnya Jamaluddin Husein meneruskan perjalanan ke tanah Jawa. Mereka mendarat di pesisir pantai Semarang, kemudian melalui jalan darat tiba di Pajajaran. Saat itu adalah akhir masa raja-raja Pajajaran yang kekuasaannya berpindah ke tangan Majapahit.

Dari Pajajaran Jamaluddin Husein melanjutkan perjalanannya ke Jawa Timur dan tiba di Surabaya. Ketika itu Surabaya masih merupakan sebuah desa kecil, tidak banyak penduduknya, dikelilingi oleh hutan dan sungai. Pada masa itu desa tersebut dikenal dengan nama Ampel.

Di desa itulah sayid Jamaluddin Husein menetap. Setelah satu setengah tahun di Ampel, bersama para pengikutnya beliau melakukan perjalanan ke Sulawesi dan setibanya di tanah Bugis, beliau wafat di kota Wajo.

Ibrahim al-Ghazi (Ibrahim Zainuddin Akbar Asmaraqandi)yang berada di Aceh sering melakukan perjalanan ke negeri Champa (Kamboja) dan menikah di sana. Beliau dikarunia empat orang anak yaitu Fadhal Ali Murtadha (Raja Pandita/Raden Santri), Maulana Ishaq, Maulana Rahmatullah (Sunan Ampel)dan Syarifah Zainab.

Fadhal Ali Murtadha kemudian menikah dengan Syarifah Sarah (Putri dari Maulana Malik Ibrahim bin Barakat Zainul Alam dari Istri pertamanya yang bernama Syarifah Fathimah binti Sayyid Ali Nurul Alam) dan dikaruniai 3 orang anak, yaitu: Utsman Haji (Sunan Ngudung), Haji Utsman (Sunan Manyuran) dan Sunan Geseng.
Dan Sunan Ngudung memiliki 2 anak yaitu Sayyid Ja'far Shadiq yang bergelar Sunan Kudus. dan Syarifah Dewi Sujinah yang menikah dengan Sunan Muria.

Maulana Ishaq kemudian menyebarkan agama Islam di tanah Malaka, Penang dan Riau. Sayid Maulana Ishaq kemudian pindah ke Blambangan (Sekarang daerah Banyuwangi). Beliau dinikahkan oleh salah seorang puteri raja Blambangan. Dari perkawinannya Maulana Ishaq mempunyai seorang anak bernama Sayid Ainul Yakin (Sunan Giri/Raden Paku). Kemudian Maulana Ishaq meninggalkan bumi Blambangan, dan menuju ke Pasai, di Pasai, ia menikah dengan Syarifah pasai dan dikaruniai 2 anak, yaitu Syarifah Sarah (yang kemudian menikah dengan Sunan Kalijaga), dan Sayyid Abdul Qadir.

Sunan Ampel menikah dengan dua isteri, Isteri pertama bernama Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo Al-Abbasyi, memiliki 5 anak yaitu: 1. Maulana Mahdum Ibrahim alias Raden Mahdum Ibrahim alias Sunan Bonang, 2.Syarifuddin alias Raden Qasim alias Sunan Derajat, 3.Siti Syari’ah alias Nyai Ageng Maloka alias Nyai Ageng Manyuran, 4.Siti Muthmainnah, 5. Siti Hafsah.
Sedangkan Isteri kedua dari Sunan Ampel bernama Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, dikaruniai 6 orang anak, yaitu:1. Dewi Murtasiyah (Istri Sunan Giri, 2. Dewi Murtasimah alias Asyiqah (Istri Raden Fattah), 3.Raden Husamuddin (Sunan Lamongan, 4. Raden Zainal Abidin (Sunan Demak, 5. Pangeran Tumapel, 6. Raden Faqih (Sunan Ampel 2.

Adapun Syarifah Zainab binti Ibrahim Zainuddin Akbar (adik dari Sunan Ampel) menikah dengan Sayyid Ahmad bin Syekh Subakir yang bergelar Raden Sahur (Tumenggung Wilatikta)dan dikaruniai 2 anak yaitu Raden Syahid (Sunan Kalijaga) dan Syarifah Fathimah.

Keturunan Wali Songo sampai sekarang masih ada, mereka menggunakan FAM KESAYYIDAN, Yaitu "AZMATKHAN".

Seorang peneliti Sejarah Wali Songo, yang juga merupakan keturunan Sunan Kudus, yaitu As-Sayyid Al-Habib Bahruddin Azmatkhan mengumpulkan data-data keturunan Wali Songo sampai sekarang, catatannya berisi: Nasab Wali Songo, Nasab Para Raja Islam Nusantara, Nasab Para 'Alawiyyin Al-Hasani dan al-Husaini. Sekarang catatan itu diwariskan kepada cucunya yang bernama Asy-Syaikh As-Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan Ba'alawi Al-Husaini (Sekarang beliau adalah Mursyid Thariqah Wali Songo).

Daftar Pustaka:
1. Catatan dari sayid Ali bin Ja’far Assegaf
2. Nasab Wali Songo oleh Al-Habib Bahruddin Azmatkhan
3. Nasab Para Raja Islam Nusantara, oleh Al-Habib Bahruddin Azmatkhan
4. Nasab Para 'Alawiyyin Al-Hasani dan al-Husaini, oleh Al-Habib Bahruddin Azmatkhan
5. Khidmah al-Asyirah, oleh: sayid Ahmad bin Abdullah Aseggaf
6. Syamsud Zhahirah oleh Al-Habib Abdurrahman bin Muhammad bin Husain Al-Masyhur

Selasa, 27 September 2011

“Fatimah Binti Maimun, Muballigh Pertama Tanah Jawa”

Tidak mustahil, pendakwah pertama di Nusantara adalah wanita. Kakeknya adalah pedagang dari Timur Tengah, diduga pernah membangun Masjid.

Bukti tertua kehadiran huruf Arab pada fase awal Islam di Nusantara ditemukan di sebuah makam di desa Leran, 8 Km utara kota Gersik Jawa Timur. Huruf itu terdapat pada Nisan Fatimah binti Maimun bin Hibatullah. Dia wafat pada hari Jumat 12 Rabiulawal 475 Hijriyah / 1082 Masehi.

Penanggalan itu menunjukkan nisan dipusara anak perempuan Maimun ini merupakan bukti tertua penggunaan tulisan Arab di Asia Tenggara. Demikian di tuliskan pada buku panduan pameran Budaya Islam di Aula Institut Agama Islam Negeri (IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta), pada tanggal 11-17 September 1995.

Inskripsi nisan Fatimah terdiri atas tujuh baris, di tulis dengan huruf Arab dengan gaya Kufi, salah satu ragam kaligrafi, dengan tata bahasa Arab yang baik. Nisan ini juga memuat ayat Al-Qur’an, antara lain surat Al-Rahman ayat 28-27 dan surat Ali Imron ayat 185.

Bersama nisan Maulana Malik Ibrahim, yang wafat pada 12 Rabiulawal 822 H / 8 April 1419 M, juga dimakamkan di Gresik, mengukuhkan pendapat bahwa Islam masuk ke Nusantara melalui Persia dan Gujarat. Ada juga sarjana yang mengatakan batu nisan tersebut mirip kuil tembok Hindu di Gujarat.

Prof. DR. PA. Hoesien Djajadiningrat menyatakan, “Bukti agama Islam masuk ke Nusantara dari Iran (persia), ialah ejaan dalam tulisan Arab, baris di atas, di bawah, dan di depan disebut jabar, Jer dan Pes. Ini adalah bahasa Iran. Kalau menurut bahasa Arab, ejaannya adalah Fathah, Kasrah dan Dhammah. Begitu pula huruf Sin yang tidak bergigi, sedangkan huruf Sin dalam bahasa arab adalah bergigi, ini adalah salah satu bukti yang terang.”

Siapakah Fatimah binti Maimun? Ahli sejarah Cirebon abad ke 17, Wangsakerta, sebagai pangeran ketiga keraton pernah melakukan Gotrasawala (musyawarah kekeluargaan) ahli sejarah se Nusantara menelusuri silsilah para Syekh, guru agama dan Sultan keturunan Nabi Muhammad SAW yang menjadi tokoh penyebar agama Islam di Nusantara. Wangsakerta berdiskusi dengan Mahakawi sejarah dari Pasai, Jawa Timur, Cirebon, Arab, Kudus, dan Surabaya, serta ulama dari Cirebon dan Banten.

Hasilnya sebagai berikut: Rasulullah Muhammad SAW berputri Fatimah yang menikah dengan Ali bin Abi Thalib, berputra Husaian, berputra Zainal Abidin, yang menurunkan Muhammad Al-Baqir, bapak Ja’far Shadiq, berputra Ali Al-Uraidi, ayah Sulaiman Al-Basri, yang menetap di Persi, Sulaiman Abu Zain Al-Basri, yang menurunkan Ahmad Al-Baruni, ayah Sayyid Idris Al-Malik, yang berputra Muhammad Makdum Sidiq, yang terakhir ini adalah ayah Hibatullah, kakek Fatimah binti Maimun.

Masih menurut penelusuran itu, Fatimah menikah dengan Pria bernama Hassan yang berasal dari Arab bagian selatan.

Tentang Fatimah binti Maimun ini, pasangan peneliti H.J. de Graaf dan Th. Piqeaud menghubungkan-nya dengan tradisi Lisan Jawa, tentang putri Leran atau putri Dewi Swara. Dalam kaitan ini, kedua pakar Belanda ini juga menerima anggapan bahwa Gresik merupakan pusat tertua agama Islam di Jawa Timur.

Dengan demikian, tidak mustahil Fatimah binti Maimun itu pendakwah Islam pertama di Tanah Jawa, bahkan sangat boleh jadi di Nusantara. Namun ada penulis yang menyatakan, kakeknya pedagang dari Timur tengah, Hibatullah, menetap di Leran, dan menikah dengan wanita setempat, bahkan di duga sudah membangun masjid.

Apakah faktor kebetulan bila desa tempat Fatimah binti Maimun di makamkan itu bernama Leran? Tentu saja hal ini telah menjadi perbincangan para ahli sejarah sejak lama.

Cendikiawan Muslim Oemar Amin Hoesin, misalnya berpendapat, di Persia itu ada satu suku namanya “Leren”, suku inilah yang mungkin dahulu datang ke tanah Jawa, sebab di Giri ada kampung Leren juga namanya. Begitu pula, ada suku Jawi di Persia. Suku inilah yang mengajarkan huruf Arab yang terkenal di Jawa dengan huruf Pegon.

Dalam hal ini, Moh. Hari Soewarno mencatat, Leran sebenarnya nama suku di Iran. mungkin Fatimah berasal dari Parsi, sebab data itu bisa dibandingkan dengan data lain di Iran sendiri. Di sanapun terdapat desa yang namanya Jawi, sehingga dapat di tarik kesimpulan, pada abad ke ke 11 itu sudah ada lalu lintas dagang antara negeri kita dengan negeri Parsi. Peristiwa itu pasti terjadi berulang-ulang serta di mengerti banyak orang, baik di Jawa maupun di Iran.

Menurutnya, orang Parsi, yang datang ke Jawa merasa kerasan, lalu menetap. Sebaliknya orang Jawa yang merasa senang di Iran lalu menetap di sana dan menamai desanya Jawi – untuk menunjukkan perkampungan orang Jawa disana..

Jadi, dapat disimpulkan, Fatimah binti Maimun adalah orang Parsi yang menetap di Jawa (tepatnya di Gresik), lalu perkampungannya disana hingga sekarang terkenal sebagai desa Leran. Lebih jauh diketahui, di Kediri pada Abad ke 11 sudah banyak orang membuat rumah indah dengan genting warna-warni, kuning dan hijau. Gaya rumah demikian banyak kita jumpai di Parsi.

Apakah juga faktor kebetulan jika dari tanah Persia, Fatimah binti Maimun merantau ke pelabuhan Gresik, kemudian tinggal serta wafat dan dimakamkan di sana? Bersama nisan ulama Persia Maulana Malik Ibrahim, yang berangka tahun 882 H / 1419 M, sedang Nisan Fatimah yang berangka 475 H / 1082 M dilihat sebagai bukti bahwa pada waktu itu banyak orang Gresik yang telah menganut agama Islam. Bahkan sebelum kedatangan para Wali periode pertama, sudah banyak pedagang Islam di tanah Jawa. Mereka memilih daerah pelabuhan Gresik, yang saat itu sedang dalam kekuasaan kerajaan Majapahit, sebagai tempat tinggal mereka.

Bersama Tuban dan Jepara, pelabuhan Gresik sejak zaman Prabu Airlangga (1019-1041 M) bertahta, telah terjalin hubungan dagang dengan negara-negara manca. Di pantai Tuban banyak ditemukan kepingan uang emas dinar Arab bertarikh abad ke 9 – 10, yang menunjukkan bahwa lalu lintas niaga antara Jawa dan Timur Tengah sudah pesat.

Akan halnya kedudukan Gresik yang istimewa itu, ahli obat-obatan bangsa Portugal, Tom Pires, yang menyusuri utara pantai Jawa pada Maret sampai Juni 1513, mencatat dalam jurnalnya, “Mereka mulai berdagang di negeri itu dan bertambah kaya. Mereka berhasil membangun masjid dan Mullah, para ulama di datangkan dari Luar.”

Mengenai kemampuan melaut orang Jawa, Babat Tanah Jawi versi J.J. Meinnsma menggambarkan betapa kapal layar Jawa telah mengarungi samudra jauh sampai ke negeri Sophala di pantai Afrika Timur yang berhadapan dengan Madagaskar. Penjelajajahan itu terkait dengan kemajuan bidang industri pembuatan alat pertanian, seperti Cangkul dan sabit, serta alat persenjataan, yakni Keris yang bahan bakunya harus di cari sampai ke Afrika Timur. Itulah sebabnya, orang Jawa memberanikan diri berlayar ke Sophala dengan tujuan mencari bahan mentah besi yang ada di sana.

Akan tetapi ahli keris B.K.R.T. Hertog Djojonegoro menyatakan bahwa yang dicari jauh-jauh itu bukan hanya besi, melainkan juga batu metorit (watu lintang, batu bintang) sebagai bahan pamor atau “kesaktian” pada keris atau tombak. Pamor yang baik ada 111, antara lain berasal dari Gunung Uhud, di Arab Saudi, misalnya pamor “Subhanallah,, Alif dan Ahadiyat”, yang sangat besar kewibawaannya, serta pamor “Rahmatullahi.” Yang mendatangkan banyak rezeki.

Pengambilan pamor dari Gunung Uhud, menurut Hertog, menunujukkan bahwa suku bangsa Jawa khususnya dan bangsa Indonesia umumnya pada masa dahulu merupakan bangsa pelaut dan pedagang yang sudah mengunjungi tanah Arab dan sudah memiliki hubungan dagang dengan banyak negeri di kawasan Timur Tengah.

Diakui oleh bangsa asing melalui tulisannya bahwa dalam periode lama sebelum tarikh Masehi orang Indonesia merupakan bangsa pelaut, bahari dan pedagang ulung yang mencapai puncaknya pada zaman Sriwijaya, Syailendra, dan Majapahit. Kemudian masih berlangsung pada masa Demak dan Mataram di bawah Sultan Agung.

Keahlian membuat Keris hanyalah satu dari 10 ilmu asli yang dimiliki orang Jawa: Wayang, Gamelan, Metrik (cara dan alat penimbang), Batik, Logam (dan cara mengolahnya), sistem uang, ilmu pelayaran, Astronomi (ilmu perbintangan), penanaman Padi basah, dan sistem pemerintahan yang sangat teratur.

Artikel Lainnya

Tafsir Tembang Lir- ilir Nasehat para wali untuk para raja/pemimpin Tanah jawa/Indonesia

Posted by dnux on May 18, 2007

Bukan sekedar lagu dolanan .. tapi lagu penuh makna mendalam. Tidak untuk dinikmati syair dan nadanya semata, tapi lebih penging adalah untuk direnungkan dan dicontoh penyeruannya. Kalau cuman sekedar menikmati musikna saja lebih bagus kalau mendengarkan komposisi Lir-Ilir karya Handel dalam konser harpa “Harp to Heart” yang menampilkan The World Harp Ensemble (WHE), Selasa (28/5), di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta. (Ada yang punya? minta dong).

Lir ilir ini katanya ciptaan Sunan Kalijogo, ada juga yang mengatakan Sunan Giri, ada juga yang mengatakan Sunan Ampel. Wallahu a’lam yang penting adalah ciptaan salah satu dari mereka yang insyaAllah mencerminkan seruan para wali itu semua.

Am Am C Am Dm
Lir ilir, lir ilir tandure wis sumilir (Lir ilir, lir ilir tanamannya sudah mulai bersemi)
>> lir-ilir : Sayup-sayup bangun (dari tidur), tanaman : agama Islam.

C Dm
Tak ijo royo – royo (Hijau Royo royo)
>> agama Islam tumbuh subur di Tanah Jawa. Yakni hijau sebagaiman simbol umum agama Islam. Dalam politik indonesia pun dulu ada istilah “penghijauan di MPR”, dimana MPR yang dulu (sebelum 1989) banyak didominasi non muslim mulai terisi oleh praktisi2 dari kelompok Islam. Ada juga penafsiran yang mengatakan bahwa pengantin baru maksudnya adalah raja2 jawa yang baru masuk Islam. Make sense juga …

F Am
Tak sengguh temanten anyar (demikian menghijau bagaikan pengantin baru)
>> sedemikian maraknya perkembangan masyarakat untuk masuk ke agama Islam, namun taraf penyerapan dan implementasinya masih level mula, seperti penganten baru dalam jenjang kehidupan pernikahannya

Am Am C Am Dm
Cah angon – cah angon penekno blimbing kuwi (Anak-anak penggembala, panjatkan pohon blimbing itu )
>> Kenapa kok cah angon ? Hadits Rasul “Al-Imaamu Ro’in” (Imam adalah Pemimpin/Penggembala). Ro’in dalam bahasa arab artinya secara bahasa penggembala dan secara urf (adat arab) juga untuk menyebut sebagai pemimpin.
>> Kenapa Belimbing : Inget : belimbing itu warnanya ijo (ciri khas Islam) dan memiliki sisi 5. Jadi, belimbing adalah isyarat agama Islam itu sendiri, yang tercermin dari 5 sisi buah belimbing yang menggambarkan Rukun Islam.

belimbing.jpg
>> Kenapa penekno (ambilkan) : Inilah seruan tholabun nushroh para wali kepada para penguasa di Jawa, agar mereka bersedia mengambil Islam itu agar masyarakat bisa mengikuti langkahnya dan dengan itu aturan Islam dapat diterapkan ke masyarakat. Tidak mungkin Islam terterapkan kaffah tanpa ada kemauan penguasa “mengambil” Islam sebagai agama dan sistemnya. Para penafsir lagu lir-ilir kebanyakan tidak sasmito terhadap penggunaan kata2 penekno belimbing ini .. Kalau cuman sekedar belimbing sih biasanya anak kecil juga bisa ambil sendiri, tapi ini menggunakan kata “penekno” yang artinya adalah ambilkan buah itu untuk saya, kami dan mereka semua. Dan juga bukan peneken (panjat dan ambil untuk dirimu sendiri). Jelas ini artinya adalah seruan para wali agar raja bersedia mengimplementasikan Islam untuk masyarakat umum.

C Dm F Am
Lunyu – lunyu peneen kanggo mbasuh dododiro (Biar licin tetap panjatkan untuk mencuci pakaian-mu)
>> dodod : sejenis pakaian jawa (dNux : saya juga tidak tahu sperti apa, katanya sih seperti kemben)
>> walaupun berat ujiannya, walaupun banyak rintangannya karena masuk agama Islam itu berkonsukuensi luas baik secara keluarga, sosial dan politik, maka tetap anutlah Islam untuk membersihkan aqidahmu dan menyucikan dirimu dari dosa dosamu. Demikian juga pasti sangat berat rintangan untuk melaksanakan syariat Islam itu ditengah masyarakat, karena pasti akan berhadapan dengan agama, adat istiadat serta sistem yang telah terbangun dimasyarakat.

Am Am C Am Dm
Dododiro – dododiro kumitir bedah ing pinggir
Pakainmu itu tertiup2 angin dan sobek di pinggir pinggirnya
>> kumitir : bayangkan kain yang dijemuran dan tertiup2 angin lalu terlihat pinggir kain itu sobek2. Yang dimaksud disini adalah ketika para raja itu sudah masuk Islam, maka masih ada hal hal yang belum Islam kaffah, masih ada cacat2 di aqidah-nya sebab masih terpengaruh oleh hindu jawa
>> Bedah ing pinggir : barangkali yang dimaksud pinggir sini adalah masyarakat bawah (pinggiran), dimana pada mereka masih kurang memahami dan kurang melaksanakan Islam sebab banyak masyarakat awam belum tersentuh dakwah atau belum komitmen di Islam

C Dm F Am
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore (Jahitlah, benahilah untuk menghadap nanti sore )
>> Betulkanlah penyimpangan2 itu baik pada dirimu atau pada masyarakatmu untuk persiapan kematianmu
>> sebo : menghadap = sowan. Mengko sore : nanti sore (waktu ajal). Usia senja : usia tua mendekati masa akhir.
>> Pesan dari para wali bahwa kamu itu wahai raja .. pasti akan mati dan akan menemui Allah SWT untuk mempertanggungjawabkan diri, keluarga dan masyarakat yang kamu pimpin. Maka benahilah dan sempurnakanlah keislamanmu dan keislaman masyarakatmu agar kamu selamat di Hari Pertanggung Jawaban (yaumul Hisab)

G Am
Mumpung pandang rembulane (Selagi terang (sinar) bulan-nya)
>> Para wali mengintatkan agar para raja melaksanakan hal itu mumpung masih terbuka pintu hidayah menerima Islam dan masih banyak ulama2 yang bisa mendampingi beliau untuk memberikan nasehat dan arahan dalam menerima dan menerapkan Islam

G Am
Mumpung jembar kalangane (Mumpung luas kesempatannya)
>> Mumpung si Raja masih menduduki jabatan sebagai penguasa. Nanti perkaranya atau kesempatan melaksanakan ini akan hilang bila raja tersebut sudah tidak menjadi penguasa.
>> Kesempatan apa ? usia atau pangkat/kedudukan ? Kalau yang dimaksud kesempatan adalah usia, maka ini kurang cocok. Bagaimanapun juga para wali juga tahu bahwa usia itu tidak bisa ditebak. Pangkat/kedudukan lebih masuk akal sebab masih bisa diduga kapan lengsernya ..
>> Bagi saya kalangan bisa juga berarti pendukung sehingga maknanya juga bisa : mumpung selagi banyak pendukungnya
>> bagian ini sangat menjelaskan bahwa lagu ini adalah tholabun nusrhoh para wali kepada raja raja agar raja memanfaatkan kesempatannya (sebagai raja) untuk disamping masuk Islam juga terlibat aktif dalam penyebaran dan pelaksanaan syariat Islam di wilayahnya (tanah Jawa).

C Dm F G Am
Sun surako surak hiyo (Mari bersorak-sorak ayo…)
>> Sambutlah seruan ini dengan gembira “Ayo kita terapkan syariat Islam” …. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (Al-Anfal :25)
>> Mustinya pejabat pusat (SBY) ataupun daerah (gubernur2, bupati2 dan wali2) sekarang ini juga dinyanyikan lagu ini. Kalau mereka waskito lan tanggap in sasmito (bijak dan tanggap terhada tanda2), maka mereka isnyaAllah akan bersedia melaksanakan syariat Islam. Harusnya dia (SBY) yang aktif dalam pengembangan syariat Islam mengingat dia adalah masih keturunan dari Kiai Agung Kasan Besari — alias MangkuNegoro II yang memilih sebagai ulama daripada menjadi raja, seorang ulama terkemuka di Jawa (setelah jaman para Wali) yang adalah penasehat sekaligus mertua Paku Buwono II, yang mana dari ulama ini adalah juga leluhur dari Gus Dur.

Bagaimana dengan kita ? adakah terpanggil dengan lagu lir-ilir ini? Atau apakah kita juga akan menyanyi (meyerukan) hal yang sama seperti apa yang diserukan para wali untuk menyeru penguasa ? Saya [dNux] terpanggil menyanyi dan menyeru …

habib-salim-assyatiri

Sulthonul `Ilim
Al Habib Salim Bin Abdullah Bin Umar Assyatiri Pengasuh Rubath Tarim-Yaman.

NASAB BELIAU
Al Habib Salim Assyatiribin Al Habib Abdullah bin Umar bin Ahmad bin Umar bin Ahmad bin Umar bin Ahmad bin Ali bin Husin bin Muhammad bin Ahmad bin Umar bin Alwi Asy-Syathiry bin Al-Fagih Ali bin Al-Qodhi Ahmad bin Muhammad Asaadulloh bin Hasan At-Turobi bin Ali bin

Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam muhammad bin Sayyidina Ali bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib Marbat bin Sayyidina Al-Imam Kholi Qosam bin Sayyidina Alwi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib As-Shouma’ah bin Sayyidina Al-Imam Alwi Shohib Saml bin Sayyidina Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin Sayyidina Al-Imam Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al- Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Al-Imam As-Syahid Syababul Jannah Sayyidina Al-Husein. Rodiyallahu ‘Anhum Ajma’in.

Garis nasab beliau adalah pohon nasab yang penuh petunjuk dan hidayah. Sebagaimana yang telah diisyaratkan dalam perkataan Al-Habib Abdulloh bin Alwi Alhaddad :
“Mereka mengikuti jejak Rasululloh dan para sahabatnya
serta para tabi’in maka berjalanlah kamu dan ikutilah mereka
Mereka berjalan menuju suatu jalan kemuliaan
generasi demi generasi dengan begitu kokohnya”

NASAB IBU DAN AYAH BELIAU
Adapun nasab ibu beliau yang sholihah afifah adalah Nur binti Umar bin Abdullah bin Husin bin Syihabuddin.
Ayah beliau adalah Al-Habib Umar bin Ahmad bin Umar Asy-Syathiry. Beliau Al-Habib Umar meninggal di kota Tarim pada tanggal 2 atau 4 Syawal 1350 H. Beliau adalah merupakan salah seorang pembesar kota Tarim yang terpandang, kaya raya, jenius dan pendapat-pendapatnya jitu dan diikuti.
Al-Habib Umar mempunyai andil yang cukup besar didalam mendidik anak-anaknya, memerintahkan mereka untuk menuntut ilmu dan menyebarluaskannya dalam dakwah fisabilillah. Kemuliaan dan keutamaan beliau yang terbesar adalah didalam mendidik dan mendorong putra-putranya agar menjadi orang besar serta kemampuan keuangannya didalam mencukupi putra-putranya.

MASA BELAJAR BELIAU
Ketika Al-Habib Abdulloh bin Umar Asy-Syathiry mencapai usia tamyiz (mampu makan, minum dan istinja’ tanpa dibantu orang lain), beliau diperintahkan oleh ayah dan kakeknya untuk mempelajari ilmu agama, yaitu belajar kitab Syeikh Barosyid. Beliau kemudian belajar membaca dan menulis serta membaca Al-Qur’an kepada 2 orang ulama yang paling terkemuka di jaman itu. Mereka adalah Syeikh Muhammad bin Sulaiman Bahalmi dan putranya Syeikh Abdurrahman. Setelah tamat belajar pada Syeikh Muhammad dan putranya, beliau yang masih kecil pada saat itu mengatur waktu belajarnya sendiri di qubah Al-Habib Abdullah bin Syeikh Alaydrus.
Teman akrab beliau saat belajar di qubah Al-Habib Abdulloh bin Syeikh Alaydrus adalah Al-Habib Abdul Bari’ bin Syeikh Alaydrus. Begitu dekat hubungan antara keduanya hingga Habib Abdul Bari Alaydrus berkata, “Al-Habib Abdulloh Asy-Syathiry benar-benar belajar denganku di qubah Al-Habib Abdullah bin Syeikh Alaydrus”.
Guru beliau yang mengajar disana waktu itu adalah Syihabuddin (lentera agama) Habib Ahmad bin Muhammad bin Abdullah Alkaf. Habib Ahmad adalah orang yang sangat takwa. Selain Habib Ahmad Alkaf, guru beliau yang lain waktu itu adalah Al-Habib Syeikh bin Idrus bin Muhammad Alaydrus yang terkenal dengan selalu memakai pakaian yang terbaik. Beliau belajar dari kedua guru tersebut dalam bidang figih dan tasawuf, hingga beliau hafal beberapa juz Al-Qur’an. Beliau memiliki semangat belajar yang tinggi dan selalu mencurahkan waktunya untuk mendalami ilmu agama.
Setelah belajar dari kedua guru beliau tersebut, Al-Habib Abdullah Asy-Syathiry melanjutkan belajar kepada Al-Habib Abdurrahman bin Muhammad Almasyhur Mufti Dhiyar (pengarang kitab Bughyatul Murtarsyidin) dan juga belajar kepada Al-Habib Al-’Allamah penyebar bendera dakwah Al-Habib Alwi bin Abdurrahman bin Abubakar Almasyhur. Selain itu beliau juga mempelajari dari para ulama yang tinggal di kota Tarim ilmu-ilmu agama seperti figih, tafsir, hadits, tasawuf, mantiq (kalam) dan lain-lain.
Antusias beliau seakan tak pernah surut untuk semakin memperdalam ilmu agama. Untuk itu beliau pergi ke kota Seiwun. Disana beliau belajar kepada Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husin Alhabsyi (pengarang maulud Simthud Duror) selama 4 bulan. Meskipun tak seberapa lama, beliau benar-benar memanfaatkan waktu dan mengaturnya dengan baik, sehingga dengan waktu yang sedikit tersebut dapat menghasilkan ilmu yang lebih banyak dari yang beliau dapatkan sebelumnya. Selain itu beliau juga belajar kepada saudara Al-Habib Ali, yaitu Al-Habib Alwi bin Muhammad bin Husin Alhabsyi.
Setelah menamatkan pelajarannya, beliau kembali ke kota Tarim. Beliau tidak pernah merasa cukup untuk menuntut ilmu. Himmah (keinginan kuat) beliau untuk belajar tak pernah pudar, bahkan semakin bertambah, sehingga beliau dapat menghafalkan banyak matan terutama dalam ilmu figih seperti matan Al-Irsyad yang beliau hafalkan sampai bab Syuf’ah.
Al-Habib Abdullah Asy-Syathiry berguru kepada Al-Habib Abdurrahman bin Muhammad Almasyhur (mufti Dhiyar Hadramaut). Setelah itu, beliau pergi ke Seiwun untuk belajar kepada Al-Habib Ali bin Muhammad Alhabsyi selama 4 bulan. Kemudian beliau melanjutkan perjalanan ke kota Makkah dan belajar dari para ulama di kota tersebut selama 4 tahun.
Dalam sehari, tidak kurang dari 12 mata pelajaran yang dipelajari oleh beliau, diantaranya Nahwu, Tafsir, Figih, Tauhid dll. Seusai belajar, beliau pergi ke Multazam dan berdoa disana, “Ya Allah, aku mohon kepada-Mu agar ilmuku dapat bermanfaat bagi seluruh penjuru dunia dari timur hingga ke barat”. Dan Allah akhirnya mengabulkan doa beliau. Setelah beliau menamatkan pelajarannya, beliau kembali pulang ke kota Tarim dan mengajar di Rubath Tarim selama 50 tahun.
Habib Salim bin Abdullah Asy-Syatiri ( putra Habib Abdullah Asy-Syatiri ) di Rubath Tarim.

RUBATH TARIM
Rubath Tarim adalah rubath yang tertua di Hadramaut dan terletak di kota Tarim. Rubath ini usianya mencapai 118 tahun. Asy-Syeikh Abubakar Bin Salim yang hidup jauh sebelum masa Al-Habib Abdullah Asy-Syathiry setiap kali pergi ke kota Tarim, beliau selalu berhenti di suatu tanah sambil berkata, “Tanah ini nantinya akan menjadi sebuah Rubath…”.
Benarlah apa dikatakan oleh beliau, diatas tanah itu akhirnya terbangunlah Rubath Tarim. Dikatakan di sebagian riwayat bahwa 2 wali min Auliyaillah Al-Fagih Al-Muqoddam dan Asy-Syeikh Abubakar Bin Salim selalu menjaga Rubath Tarim. Juga dikatakan bahwa setiap harinya arwah para auliya turut menghadiri majlis-majlis taklim di Rubath.
MURID-MURID BELIAU
Al-Habib Abdullah Asy-Syathiry memiliki banyak murid yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Tidak kurang dari 13.000 ulama tercatat sebagai alumni Rubath (ma’had/ponpes) Tarim yang diasuh oleh beliau. Bahkan riwayat lain menyebutkan lebih dari 500.000 ulama pernah belajar dari beliau. Al-Habib Alwi bin Muhammad bin Thohir Alhaddad sempat berkata, “Tidak pernah aku masuk ke suatu desa, kota atau tempat lainnya, kecuali aku dapatkan bahwa ulama-ulama di tempat tersebut adalah murid dari Al-Habib Abdullah Asy-Syathiry atau murid dari murid beliau”.
Sebagian ulama alumni Rubath pimpinan Al-Habib Abdullah Asy-Syathiry diantaranya adalah :
Di Hadramaut
1. Al-Habib Ahmad bin Abdurrahman Bin Syeikh Abubakar
Beliau adalah pimpinan Rubath Syihir. Setelah beliau wafat, dilanjutkan oleh Al-Habib Kadhim bin Ja’far bin Muhammad Assegaf. Semasa belajar di Rubath Tarim, beliau Al-Habib Ahmad belum pernah tidur. Tempat tidur beliau selalu kosong dan rapi dan hal ini berlangsung selama 10 tahun.
2. Al-Habib Muhammad bin Abdullah Alhaddar
Beliau belajar kepada Al-Habib Abdullah Asy-Syathiry selama 4 tahun. Semasa belajar, beliau selalu menghafal pelajaran di pinggiran atap (balkon) Rubath Tarim. Beliau pernah berkata, “Kalau saya masih mau hidup, saya harus menghafalkan pelajaran dan tidak boleh tidur”. Kalau hendak tidur, beliau selalu mengikat kakinya dengan tali dan diikatkan ke jendela kecil. Beliau hanya tidur selama beberapa jam. Sisanya dipergunakan untuk mendalami ilmu agama. Jika waktunya bangun, Al-Habib Alwi bin Abdullah Bin Syahab menarik tali yang terikat di kaki Al-Habib Muhammad sambil berseru, “Wahai Muhammad, bangunlah…!”, lalu terbangunlah beliau. Itulah sebagian mujahadah beliau sewaktu belajar di Rubath Tarim.
3. Al-Habib Hasan bin Ismail Alhamid
Beliau adalah pimpinan Rubath Inat. Di Rubath Tarim beliau belajar selama beberapa tahun, lalu beliau diperintahkan oleh Al-Habib Abdullah Asy-Syathiry untuk membuka Rubath di kota Inat. Sampai sekarang Rubath Inat terus berkembang dan berkembang.
Di Indonesia
1. Al-Habib Abdul Qodir bin Ahmad Bilfagih.
Beliau adalah seorang wali Qutub dan pimpinan Ma’had Darul Hadits Malang. Dari sebagian murid beliau diantaranya putera beliau sendiri Al-Habib Abdullah, Al-Habib Salim bin Ahmad Bin Jindan dll.
2. Al-Habib Abdullah bin Husin Al-’Attas As-Syami
Beliau seorang wali min auliyaillah dan tinggal di Jakarta. Sampai sekarang beliau masih ada (semoga Alloh memanjangkan umurnya dan memberikan manfaat kepada kita dari keberadaannya)
3. Al-Habib Abdullah bin Ahmad Alkaf
Beliau tinggal di kota Tegal. Beliau adalah ayah dari Ustadz Thohir Alkaf, seorang dai yang melanjutkan tongkat estafet dakwah ayahnya.
4. Al-Habib Abdurrahman bin Ahmad Alkaf
Beliau adalah pengarang kitab Sullamut Taysir.

Habib Salim bin Abdullah Asy-Syatiri ( putra Habib Abdullah Asy-Syatiri ) di Rubath Tarim.
dan masih banyak lagi anak didik beliau Al-Habib Abdullah Asy-Syathiry yang tak dapat ditulis satu persatu. Putera beliau Al-Habib Salim pernah ditanya oleh seseorang, “Kenapa Al-Habib Abdullah Asy-Syathiry tidak mengarang kitab sebagaimana umumnya para ulama ?”. Beliau Al-Habib Salim menjawab, “Beliau tidak mengarang kitab, tapi mencetak ulama-ulama”.
AL-HABIB ABDULLAH ASY-SYATHIRY
Al-Habib Abdullah Asy-Syathiry berguru kepada Al-Habib Abdurrahman bin Muhammad Almasyhur (mufti Dhiyar Hadramaut). Setelah itu, beliau pergi ke Seiwun untuk belajar kepada Al-Habib Ali bin Muhammad Alhabsyi selama 4 bulan. Kemudian beliau melanjutkan perjalanan ke kota Makkah dan belajar dari para ulama di kota tersebut selama 4 tahun.
Dalam sehari, tidak kurang dari 12 mata pelajaran yang dipelajari oleh beliau, diantaranya Nahwu, Tafsir, Figih, Tauhid dll. Seusai belajar, beliau pergi ke Multazam dan berdoa disana, “Ya Allah, aku mohon kepada-Mu agar ilmuku dapat bermanfaat bagi seluruh penjuru dunia dari timur hingga ke barat”. Dan Allah akhirnya mengabulkan doa beliau. Setelah beliau menamatkan pelajarannya, beliau kembali pulang ke kota Tarim dan mengajar di Rubath Tarim selama 50 tahun.
RUBATH TARIM
Rubath Tarim adalah rubath yang tertua di Hadramaut dan terletak di kota Tarim. Rubath ini usianya mencapai 118 tahun. Asy-Syeikh Abubakar Bin Salim yang hidup jauh sebelum masa Al-Habib Abdullah Asy-Syathiry setiap kali pergi ke kota Tarim, beliau selalu berhenti di suatu tanah sambil berkata, “Tanah ini nantinya akan menjadi sebuah Rubath…”.
Benarlah apa dikatakan oleh beliau, diatas tanah itu akhirnya terbangunlah Rubath Tarim. Dikatakan di sebagian riwayat bahwa 2 wali min Auliyaillah Al-Fagih Al-Muqoddam dan Asy-Syeikh Abubakar Bin Salim selalu menjaga Rubath Tarim. Juga dikatakan bahwa setiap harinya arwah para auliya turut menghadiri majlis-majlis taklim di Rubath.

habib salim assyatiri

habib salim assyatiri

sumber

uly 14, 2011 ahlulkisa Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husin Al-Habsyi (Simtud Duror), Foto Habaib, Profil Habaib
habib-ali-bin-muhammad-alhabsyi

Al-Imam Al-Allamah Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husin Al-Habsyi dilahirkan pada hari Juma’at 24 Syawal 1259 H di Qasam, sebuah kota di negeri Hadhramaut.
Beliau dibesarkan di bawah asuhan dan pengawasan kedua orang tuanya; ayahandanya, Al-Imam Al-Arif Billah Muhammad bin Husin bin Abdullah Al-Habsyi dan ibundanya; As-Syarifah Alawiyyah binti Husain bin Ahmad Al-Hadi Al-Jufri, yang pada masa itu terkenal sebagai seorang wanita yang salihah yang amat bijaksana.

Pada usia yang amat muda, Habib Ali Al-Habsyi telah mempelajari dan mengkhatamkan Al-Quran dan berhasil menguasai ilmu-ilmu zahir dan batin sebelum mencapai usia yang biasanya diperlukan untuk itu. Oleh karenanya, sejak itu, beliau diizinkan oleh para guru dan pendidiknya untuk memberikan ceramah-ceramah dan pengajian-pengajian di hadapan khalayak ramai, sehingga dengan cepat sekali, dia menjadi pusat perhatian dan kekaguman serta memperoleh tempat terhormat di hati setiap orang. Kepadanya diserahkan tampuk kepimpinan tiap majlis ilmu, lembaga pendidikan serta pertemuan-pertemuan besar yang diadakan pada masa itu.

Selanjutnya, beliau melaksanakan tugas-tugas suci yang dipercayakan padanya dengan sebaik-baiknya. Menghidupkan ilmu pengetahuan agama yang sebelumnya banyak dilupakan. Mengumpulkan, mengarahkan dan mendidik para siswa agar menuntut ilmu, di samping membangkitkan semangat mereka dalam mengejar cita-cita yang tinggi dan mulia.

Untuk menampung mereka, dibangunnya Masjid “Riyadh” di kota Seiwun (Hadhramaut), pondok-pondok dan asrama-asrama yang diperlengkapi dengan berbagai sarana untuk memenuhi keperluan mereka, termasuk soal makan-minum, sehingga mereka dapat belajar dengan tenang dan tenteram, bebas dari segala pikiran yang mengganggu, khususnya yang bersangkutan dengan keperluan hidup sehari-hari.

Bimbingan dan asuhan beliau seperti ini telah memberinya hasil kepuasan yang tak terhingga dengan menyaksikan banyak sekali di antara murid-muridnya yang berhasil mencapai apa yang dicitakannya, kemudian meneruskan serta menyiarkan ilmu yang telah mereka peroleh, bukan sahaja di daerah Hadhramaut, tetapi tersebar luas di beberapa negeri lainnya – di Afrika dan Asia, termasuk di Indonesia.

Di tempat-tempat itu, mereka mendirikan pusat-pusat dakwah dan penyiaran agama, mereka sendiri menjadi perintis dan pejuang yang gigih, sehingga mendapat tempat terhormat dan disegani di kalangan masyarakat setempat. Pertemuan-pertemuan keagamaan diadakan pada berbagai kesempatan. Lembaga-lembaga pendidikan dan majlis-majlis ilmu didirikan di banyak tempat, sehingga manfaatnya benar-benar dapat dirasakan dalam ruang lingkup yang luas sekali.

Beliau meninggal dunia di kota Seiwun, Hadhramaut, pada hari Ahad 20 Rabi’ul Akhir 1333 H dan meninggalkan beberapa orang putera yang telah memperoleh pendidikan sebaik-baiknya dari beliau sendiri, yang meneruskan cita-cita beliau dalam berdakwah dan menyiarkan agama.

Di antara putera-putera beliau yang dikenal di Indonesia ialah puteranya yang bongsu; Al-Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi, pendiri Masjid “Riyadh” di kota Solo (Surakarta). Dia dikenal sebagai peribadi yang amat luhur budi pekertinya, lemah-lembut, sopan-santun, serta ramah-tamah terhadap siapa pun terutama kaum yang lemah, fakir miskin, yatim piatu dan sebagainya. Rumah kediamannya selalu terbuka bagi para tamu dari berbagai golongan dan tidak pernah sepi dari pengajian dan pertemuan-pertemuan keagamaan. Beliau meninggal dunia di kota Palembang pada tanggal 20 Rabi’ul Awal 1373 H dan dimakamkan di kota Surakarta.

Banyak sekali ucapan Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi yang telah dicatat dan dibukukan, di samping tulisan-tulisannya yang berupa pesan-pesan ataupun surat-menyurat dengan para ulama di masa hidupnya, juga dengan keluarga dan sanak kerabat, kawan-kawan serta murid-murid beliau, yang semuanya itu merupakan perbendaharaan ilmu dan hikmah yang tiada habisnya.

Dan di antara karangan beliau yang sangat terkenal dan dibaca pada berbagai kesempatan di mana-mana, termasuk di kota-kota di Indonesia, ialah risalah kecil ini yang berisi kisah Maulid Nabi Besar Muhammad SAW dan diberinya judul “Simtud Duror Fi Akhbar Maulid Khairil Basyar wa Ma Lahu min Akhlaq wa Aushaf wa Siyar (Untaian Mutiara Kisah Kelahiran Manusia Utama; Akhlak, Sifat dan Riwayat Hidupnya).

Dipetik dari: Untaian Mutiara – Terjemahan Simtud Duror oleh Hb Anis bin Alwi bin Ali Al-Habsyi.

==>klik disini untuk memperbesar foto

Nasab Habib Munzir Al Musawa

Al-Habib Munzir bin Fuad bin Abdurrahman bin Ali bin Abdurrahman bin Ali bin Aqil bin Ahmad bin Abdurrahman bin Umar bin Abdurrahman bin Sulaiman bin Yaasin bin Ahmad Al-musawa bin Muhammad Muqallaf bin Ahmad bin Abubakar Assakran bin Abdurrahman Assegaf bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi Alghayur bin Muhammad Faqihil Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Marbath bin Ali Khali’ Qasim bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Almuhajir bin Isa Arrumiy bin Muhammad Annaqib bin Ali Al Uraidhiy bin Jakfar Asshadiq bin Muhammad Albaqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein Dari Fathimah Azahra Putri Rasul SAW.

Nama beliau Munzir bin Fuad bin Abdurrahman Almusawa, dilahirkan di Cipanas Cianjur Jawa barat, pada hari jum’at 23 februari 1973, bertepatan 19 Muharram 1393H, setelah beliau menyelesaikan sekolah menengah atas, beliau mulai mendalami Ilmu Syariah Islam di Ma’had Assaqafah Al Habib Abdurrahman Assegaf di Bukit Duri Jakarta Selatan, lalu mengambil kursus bhs.Arab di LPBA Assalafy Jakarta timur, lalu memperdalam lagi Ilmu Syari’ah Islamiyah di Ma’had Al Khairat, Bekasi Timur, kemudian beliau meneruskan untuk lebih mendalami Syari’ah ke Ma’had Darul Musthafa, Tarim Hadhramaut Yaman pada tahun 1994, selama empat tahun, disana beliau mendalami Ilmu Fiqh, Ilmu tafsir Al Qur;an, Ilmu hadits, Ilmu sejarah, Ilmu tauhid, Ilmu tasawuf, mahabbaturrasul saw, Ilmu dakwah, dan ilmu ilmu syariah lainnya.

Habib Munzir Al-Musawa kembali ke Indonesia pada tahun 1998, dan mulai berdakwah, dengan mengunjungi rumah rumah, duduk dan bercengkerama dg mereka, memberi mereka jalan keluar dalam segala permasalahan, lalu atas permintaan mereka maka mulailah Habib Munzir membuka majlis, jumlah hadirin sekitar enam orang, beliau terus berdakwah dengan meyebarkan kelembutan Allah swt, yang membuat hati pendengar sejuk, beliau tidak mencampuri urusan politik, dan selalu mengajarkan tujuan utama kita diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah swt, bukan berarti harus duduk berdzikir sehari penuh tanpa bekerja dll, tapi justru mewarnai semua gerak gerik kita dengan kehidupan yang Nabawiy, kalau dia ahli politik, maka ia ahli politik yang Nabawiy, kalau konglomerat, maka dia konglomerat yang Nabawiy, pejabat yang Nabawiy, pedagang yang Nabawiy, petani yang Nabawiy, betapa indahnya keadaan ummat apabila seluruh lapisan masyarakat adalah terwarnai dengan kenabawian, sehingga antara golongan miskin, golongan kaya, partai politik, pejabat pemerintahan terjalin persatuan dalam kenabawiyan, inilah Dakwah Nabi Muhammad saw yang hakiki, masing masing dg kesibukannya tapi hati mereka bergabung dg satu kemuliaan, inilah tujuan Nabi saw diutus, untuk membawa rahmat bagi sekalian alam. Majelisnya mengalami pasang surut, awal berdakwah ia memakai kendaraan umum turun naik bus, menggunakan jubah dan surban, serta membawa kitab-kitab. Tak jarang beliau mendapat cemoohan dari orang-orang sekitar. Beliau bahkan pernah tidur di emperan toko ketika mencari murid dan berdakwah. Kini majlis taklim yang diasuhnya setiap malam selasa di Masjid Al-Munawar Pancoran Jakarta Selatan, yang dulu hanya dihadiri tiga sampai enam orang, sudah berjumlah sekitar 10.000 hadirin setiap malam selasa, Habib Munzir sudah membuka puluhan majlis taklim di seputar Jakarta dan sekitarnya, beliau juga membuka majelis di rumahnya setiap malam jum’at bertempat di jalan kemiri cidodol kebayoran, juga sudah membuka majlis di seputar pulau jawa, yaitu:

Jawa barat :

Ujungkulon Banten, Cianjur, Bandung, Majalengka, Subang.

Jawa tengah :

Slawi, Tegal, Purwokerto, Wonosobo, Jogjakarta, Solo, Sukoharjo, Jepara, Semarang,

Jawa timur :

Mojokerto, Malang, Sukorejo, Tretes, Pasuruan, Sidoarjo, Probolinggo.

Bali :

Denpasar, Klungkung, Negara, Karangasem.

NTB

Mataram, Ampenan

Luar Negeri :

Singapura, Johor, Kualalumpur.

Buku-buku yang sering menjadi rujukan beliau di majelisnya antara lain: kitab As-syifa (Imam Fadliyat), Samailul Muhammadiyah (Imam Tirmidzi), Mukasyifatul Qulub (Imam Ghazali), Tambili Mukhdarim (Imam Sya’rani), Al-Jami’ Ash-Shahih/Shahih Bukhari (Imam Bukhari), Fathul Bari’ fi Syarah Al-Bukhari (Imam Al-Astqalani), serta kitab karangan Imam Al-Haddad dan kitab serta pelajaran yang didapat dari guru beliau Habib Umar bin Hafidh.

Nama Rasulullah SAW sengaja digunakan untuk nama Majelisnya yaitu “Majelis Rasulullah SAW”, agar apa-apa yang dicita-citakan oleh majelis taklim ini tercapai. Sebab beliau berharap, semua jamaahnya bisa meniru dan mencontoh Rasulullah SAW dan menjadikannya sebagai panutan hidup.

Adapun guru-guru beliau antara lain:

Habib Umar bin Hud Al-Athas (cipayung), Habib Aqil bin Ahmad Alaydarus, Habib Umar bin Abdurahman Assegaf, Habib Hud Bagir Al-Athas, di pesantren Al-Khairat beliau belajar kepada Ustadz Al-Habib Nagib bin Syeikh Abu Bakar, dan di Hadramaut beliau belajar kepada Al-Imam Al-Allamah Al-Hafizh Al-Arifbillah Sayyidi Syarif Al-Habib Umar bin Muhammad bin Hafidh bin Syeikh Abu Bakar bin Salim (Rubath Darul Mustafa), juga sering hadir di majelisnya Al-Allamah Al-Arifbillah Al-Habib Salim Asy-Syatiri (Rubath Tarim).

Dan yang paling berpengaruh didalam membentuk kepribadian beliau adalah Guru mulia Al-Imam Al-Allamah Al-Hafizh Al-Arifbillah Sayyidi Syarif Al-Habib Umar bin Muhammad bin Hafidh bin Syeikh Abu Bakar bin Salim.

Demikian biografi singkat ini dibuat mohon maaf apabila ada kesalahan.

Sumber: http://assajjad.wordpress.com/2009/03/05/biografi-habib-munzir-al-musawa/

habib Syech

Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf adalah salah satu putra dari 16 bersaudara putra-putri Alm. Al-Habib Abdulkadir bin Abdurrahman Assegaf ( tokoh alim dan imam Masjid Jami’ Asegaf di Pasar Kliwon Solo), berawal dari pendidikan yang diberikan oleh guru besarnya yang sekaligus ayah handa tercinta, Habib Syech mendalami ajaran agama dan Ahlaq leluhurnya.

Berlanjut sambung pendidikan tersebut oleh paman beliau Alm. Habib Ahmad bin Abdurrahman Assegaf yang datang dari Hadramaout. Habib Syech juga mendapat pendidikan, dukungan penuh dan perhatian dari Alm. Al-Imam, Al-Arifbillah, Al-Habib Muhammad Anis bin Alwiy Al-Habsyi (Imam Masjid Riyadh dan pemegang magom Al-Habsyi). Berkat segala bimbingan, nasehat, serta kesabaranya, Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf menapaki hari untuk senantiasa melakukan syiar cinta Rosull yang diawali dari Kota Solo. Waktu demi waktu berjalan mengiringi syiar cinta Rosullnya, tanpa di sadari banyak umat yang tertarik dan mengikuti majelisnya, hingga saat ini telah ada ribuan jama’ah yang tergabung dalam Ahbabul Musthofa. Mereka mengikuti dan mendalami tetang pentingnya Cinta kepada Rosull SAW dalam kehidupan ini.

Ahbabul Musthofa, adalah salah satu dari beberapa majelis yang ada untuk mempermudah umat dalam memahami dan mentauladani Rosull SAW, berdiri sekitar Tahun1998 di kota Solo, tepatnya Kampung Mertodranan, berawal dari majelis Rotibul Haddad dan Burdah serta maulid Simthut Duror Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf memulai langkahnya untuk mengajak ummat dan dirinya dalam membesarkan rasa cinta kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW .

KEGIATAN AHBABUL MUSTHOFA
Pengajian Rutin (zikir & sholawat)
setiap hari Rabu Malam dan Sabtu Malam Ba’da Isyak di Kediaman Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf .
Pengajian Rutin Selapanan Ahbabul Musthofa
- Purwodadi ( Malam Sabtu Kliwon ) di Masjid Agung Baitul Makmur Purwodadi.
- Kudus ( Malam Rabu Pahing ) di Halaman Masjid Agung Kudus.
- Jepara ( Malam Sabtu Legi ) di Halaman Masjid Agung Jepara .
- Sragen ( Malam Minggu Pahing ) di Masjid Assakinah, Puro Asri, Sragen.
- Jogja ( Malam Jum’at Pahing ) di Halaman PP. Minhajuttamyiz, Timoho, di belakang Kampus IAIN.
- Solo ( Malam Minggu Legi ) di Halaman Mesjid Agung Surakarta.

==>klik disini untuk memperbesar foto

sumber : majelisfathulhidayah.wordpress.com

Senin, 26 September 2011

Tentang Alergi

Diambil dari www.ligagame.com/forum/index.php?topic=77114.0;wap2
aiRa-fluff:
Kenapa kita bisa alergi? Pahami dulu apa yang terjadi di tubuh kita!

Untuk dapat memahami sepenuhnya tentang alergi dan asma, Anda perlu mengetahui lebih dulu peranan kerja system kekebalan tubuh. Pemain utama dalam reaksi alergi adalah sel darah putih yang dikenal dengan nama limfosit

Pernana limfosit adalah menghancurkan benda asing berbahaya yang masuk kedalam tubuh. Pada pengidap alergi, limfosit menganggap zat-zat yang tidak berbahaya seperti serbuk sari, serpihan kulit, sebagai zat berbahaya sehingga mereka melancarkan serangan terhadap semua zat tersebut. Semua zat pencetus alergi ini disebut alergen

Ketika alergen masuk kedalam tubuh, limfoit yang disebut sel mast memerangi allergen dengan mengeluarkan zat kimia, seperti histamine. Pelepasan histamine, menimbulkan berbagai gejala alergi, mulai dari bersin hingga gatal-gatal

Mitos & Fakta seputar Alergi

Alergi biasanya muncul secara misterius dan reaksinya tidak dapat diprediksi. Bahkan ada kalanya alergi sulit disembuhkan sampai menimbulkan banyak kesalahpahaman dan mitos

Mitos: Hewan berbulu pendek tidak menyebabkan alergi
Fakta:
Panjangnya bulu hewan peliharaan tidak menentukan potensi alergi yang mungkin terjadi. Sesungguhnya, bukan bulu hewan itu yang menjadi penyebab alergi. Penyebab sebenarnya adalah serpihan kulit ari, yaitu sisik kulit yang rontoh bersamaan secara rutin bersama bulu. Selain itu, air liur dan urin hewan juga memicu kepekaan. Apabila Anda alergi terhadap hewan berbulu, hewan peliharaan yang aman adalah ikan dan reptil

Mitos: Kebanyakan orang sembuh dari rinitis (batuk pilek) alergi ketika beranjak dewasa
Fakta:
Banyak orang berpendapat rinitis alergi di masa kanak kanak akan hilang ketika beranjak dewasa. Padahal, rinitis alergi dapat terjadi dalam setiap tahapan kehidupan dan dapat sembuh kapanpun

Mitos: Tidak ada orang yang meninggal karena alergi
Fakta:
Membang benar alergi hanya menimbulkan rasa tidak nyaman, tapi ada beberapa reaksi alergi yang dapat menimbulkan kondisi serius.
Orang yang sangat peka terhadap alergen dapat mengalami shock yang mengancam nyawa (shok anafilaktik) setelah disengat serangga tertentu, disuntik obat tertentu atau makan makanan tertentu. Serangan asma juga dapat menjadi fatal. Semua reaksi alergi yang berat harus ditangani dengan serius dan diobati segera dengan semestinya
aiRa-fluff:
ALERGI SALURAN PERNAPASAN

Rinitis Alergi

Tanda dan gejala
• hidung tersumbat atau meler
• sering bersin
• mata, hidung, langit-langit mulut, atau tenggorokan terasa gatal
• batuk

semua tanda dan gejala ini merupakan ciri khas rinitis alergi yang biasa dikenal dengan Hay fever. Tidak jelas mengapa ada orang tertentu yang lebih peka terhadap erbuk sari dan ada yang tidak. Mungkin sekali kepekaan merupakan bagian dari ciri yang diwariskan.

Banyak orang menganggap rinitis alergi sebagai penyakit masa kecil yang akan hilang saat menginjak dewasa. Kenyataannya, rinitis alergi dapat terjadi kapanpun pada tahap kehidupan manapun, dan dapat sembuh setiap saat. Orang yang mengidap asma, atau ada saudaranya yang menderita alergi, sangat rentan terkena rinitis alergi

Serangan rinitis alergi berlangsung selama 15-20 menit dan terjadi beberapa kali dalam sehari.

Alergi terhadap serpihan kulit ari hewan, kapang dan debu

Tanda dan gejala
• hidung tersumbat dan meler
• sering bersin
• mata hidung, langit-langit mulut atau tenggorokan gatal
• batuk
• mengi

Penyebab:
+ Serpihan kulit ari hewan
Tidak hanya serpihan kulit, namun air liur serta air seni hewan juga dapat menyebabkan alergi. Jangan membeli mebel atau permadani yang terbuat dari bulu hewan

+ Kapang
Alergi terhadap spora kapang yang terbawa udara. Kapang, hidup dalam ruangan yang lembap seperti ruang bawah tanah, kamar mandi, boneka binatang, buku, wallpaper, karpet. Diluar ruangan mereka hidup di tanah, kompos, atau tumbuhan yang lembap. Jenis kapang yang mengganggu seperti Penisilium, Aspergilus, Mucor, Rhizopus, Alternaria, dan Hormodendrum

Usahakan agar jendela dan pintu selalu tertutup, bila perlu gunakan AC dalam rumah, mobil atau kantor. Keringkan ruangan bawah tanah yang lembap, bersihkan tembok kamar mandi dengan desinfektan. Untuk dinding, jangan menggunakan wallpaper tapi lebih baik dicat

+ Debu
Penyebab utama dari reaksi alergi debu adalah tungau debu rumah yagn sangat kecil. Tungau debu rumah tumbuh di lingkungan yang lembap dan hangat

+ Beragam zat penyebab iritasi
Contoh: asap rokok, asap pabrik, bedak wajah dan bayi, sabun bubuk dan deterjen

Asma

Asma sering dianggap sebagai penyakit tidak berbahaya, padahal lebih dari 5000 orang Amerika meninggal setiap tahun akibat asma. Asma merupakan kondisi kronis yang terjadi saat saluran pernapasan utama paru-paru (bronkus) meradang. Otot dinding bronkus mengerut, dan selaput lendir yang melapisi dinding bronkus memproduksi lebih banyak lendir menyebabkan saluran pernapsan menyempit. Penyempitan ini menyebabkan mengi dan sesak napas. Serangan dapat berlangsung beberapa menit hingga berhari-hari

Tanda dan gejala
• Mengi
• Sesak napas
• Dada terasa berat
• Batuk

Tanda dan gejala darurat
• sesak napas yang hebat
• kuku dan bibir menjadi biru
• kesulitan bernafas yang berat
• meningkatnnya denyut nadi
• berkeringat
• batuk hebat

Anda juga cenderung terkena asma bila ada anggota keluarga yang juga mengidap asma atau Anda mengidap alergi lainnya. Setengah dari jumlah anak pengidap asma, mulai menderita asma sebelum berusia 10 tahun. Orang dewasa juga dapat terkena asma pada usia berapa pun bahkan diatas usia 70 tahun

Bagi pengidap asma yang penyebabnya bukan alergi, asma dapat berkaitan dengan zat-zat tertentu. Hasil penelitian menyebutkan sejumlah faktor yang meningkatkan risiko terkena asma:

- terpapar asap rokok,
- tinggal di kota besar terutama di pusat kota dengan lingkungan yang terpolusi,
- dalam keluarga ada riwayat terkena asma
- berat badan lahir rendah
- obesitas

Sinusitis Kronik dan Polip Saluran Pernapasan

Tanda dan gejala
* Nyeri di sekeliling mata atau pipi
* sinus terasa nyeri saat ditekan atau disentuh
* sakit kepala
* demam
* sulit bernafas melalui hidung

Rongga sinus adlah rongga udara yang terdapat pada tulang wajah, dibelakang dan diatas mata dan hidung. Sinus membantu melembapkan dan menghangatkan nafas, membentu indra penciuman dan memperbaiki unyi suara. Sinus juga mengeluarkan lendir untuk membersihkan dan melembapkan saluran hidung.

Dalam rongga sinus, terdaapat tonjolan-tonjolan yang menyerupai bulu halus yang disebut Silia. Silia secara teratur mengeluarkan lendir dari sinus menuju hidung dan tenggorokan melalui celah kecil bernama Ostia

Penyumbatan pada ostia dapat menyebabkan penumpukan lendir di rongga sinus. Penyumbatan bisa dikarenakan pembengkakan oleh karena infeksi. Kadangkala alergi pernafasan menyebabkan infeksi atau peradangan pada rongga sinus yang menimbulkan rasa sakit dan sulit bernafas. Jika sinusitis berlangsung sampai atau lebih dari 3 minggu, disebut Sinusitis Kronik karena alergi. Sinusitis kronik juga dapat disebabkan polip, yaitu jaringan kecil dan jinak yang tumbuh dalam saluran hidung dan menghambat pernapasan

Penyebab
Alergi terhadap serbuk sari, serpihan kulit ari hewan, tungauu debu rumah yang menyebabkan hidung tersumbat
aiRa-fluff:
ALERGI KULIT

Biduran dan angioedema

Tanda dan gejala biduran
• bentol merah di permukaan kulit dengan berbagai ukuran yang kadang kala disertai gatal, hilang dan timbul begitu saja.
• Munculnya bentol ditempat kulit yang digaruk

Tanda dan gejala angioedema
• bentol merah besar dibawah permukaan kulit, khususnya dekat mata, bibir juga ditangan, kaki dan tenggorokan

Istilah medis untuk biduran adalah urtikaria. Biduran bisa terjadi dan berlangsung beberapa menit atau beberapa hari.

Zat penyebab biduran: makanan, serpihan kulit ari hewan, obat, lateks, sengatan serangga, infeksi, penyakit, udara dingin dan panas, cahaya, stres emosional, dan faktor keturunan

Makanan yang dapat menyebabkan biduran: kerang-kerangan, ikan, kacang-kacangan, telur, dan susu
Penisilin dan aspirin juga diketahui dapat menyebabkan biduran

ALERGI MAKANAN & OBAT

Alergi Makanan

Tanda dan gejala
• nyeri perut, diare, mual, atau muntah
• Pingsan
• Biduran, eksem, pembengkakan dibawah kulit
• Pembengkakan pada bibir, mata, wajah, lidah dan tenggorokan
• Hidung tersumbat
• Asma

Tanda dan gejala darurat
• gejala diatas berubah menjadi parah
• shok anafilaktik

90% penyebab alergi makanan adalah: susu, telur, kedelai, kacang tanah, gandum, ikan, kerang-kerangan, jagung, polong-polongan, cokelat dan kacang-kacangan seperti kacang mete, almond, dan kacang brasil

Alergi Obat

Tanda dan gejala
• ruam (kemerahan)
• Biduran
• Gatal-gatal merata diseluruh tubuh
• Mengi dan sulit bernafas

Tanda dan gejala darurat
• Tenggorokan tersumbat akibat pembengkakan
• Asma parah
• Shok anafilaktik

Hampir semua obat dapat menimbulkan reaksi mulai dari yang ringan hingga yang mengancam nyawa. Penisilin dan kerabatnya merupakan penyebab reaksi alergi obat yang berupa ruam ringan, biduran, atau shok anafilaktik. Obat lain termasuk obat jenis sulfat, barbiturat, obat antikejang, insulin, anestesi lokal; zat pewarna kontras yang disuntikan kedalam pembuluh darah untuk keperlua rontgen juga dapat menimbulkan reaksi alergi

Wanita Yang Mendapat Pujian Dan Wanita Yang Dilakanat Allah

Prince of Jihad

Kamis, 25 Juni 2009 14:46:54

Hits: 5455

Sejarah telah mencatat beberapa nama wanita terpandang yang di antara mereka ada yang dimuliakan Allah dengan surga, dan di antara mereka ada pula yang dihinakan Allah dengan neraka. Karena keterbatasan tempat, tidak semua figur bisa dihadirkan saat ini, namun mudah-mudahan apa yang sedikit ini bisa menjadi ibrah (pelajaran) bagi kita.

Wanita Yang Beriman

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

“Seutama-utama wanita ahli surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Maryam binti Imran dan Asiyah binti Muzahim.” (HR. Ahmad)

1. Khadijah binti Khuwailid

Dia tumbuh dalam lingkungan keluarga yang terhormat sehingga mendapat tempaan akhlak yang mulia, sifat yang tegas, penalaran yang tinggi, dan mampu menghindari hal-hal yang tidak terpuji sehingga kaumnya pada masa jahiliyah menyebutnya dengan ath thahirah (wanita yang suci).

Dia merupakan orang pertama yang menyambut seruan iman yang dibawa Muhammad tanpa banyak membantah dan berdebat, bahkan ia tetap membenarkan, menghibur, dan membela Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di saat semua orang mendustakan dan mengucilkan beliau. Khadijah telah mengorbankan seluruh hidupnya, jiwa dan hartanya untuk kepentingan dakwah di jalan Allah. Ia rela melepaskan kedudukannya yang terhormat di kalangan bangsanya dan ikut merasakan embargo yang dikenakan pada keluarganya.

Pribadinya yang tenang membuatnya tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan mengikuti kebanyakan pendapat penduduk negerinya yang menganggap Muhammad sebagai orang yang telah merusak tatanan dan tradisi luhur bangsanya. Karena keteguhan hati dan keistiqomahannya dalam beriman inilah Allah berkenan menitip salamNya lewat Jibril untuk Khadijah dan menyiapkan sebuah rumah baginya di surga.

Tersebut dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah, ia berkata:

Jibril datang kepada Nabi kemudian berkata: Wahai Rasulullah, ini Khadijah datang membawa bejana berisi lauk pauk, makanan dan minuman. Maka jika ia telah tiba, sampaikan salam untuknya dari Rabbnya dan dari aku, dan sampaikan kabar gembira untuknya dengan sebuah rumah dari mutiara di surga, tidak ada keributan di dalamnya dan tidak pula ada kepayahan.” (HR. Al-Bukhari).

Besarnya keimanan Khadijah pada risalah nubuwah, dan kemuliaan akhlaknya sangat membekas di hati Rasulullah sehingga beliau selalu menyebut-nyebut kebaikannya walaupun Khadijah telah wafat. Diriwayatkan dari Aisyah, beliau berkata: “Rasulullah hampir tidak pernah keluar dari rumah sehingga beliau menyebut-nyebut kebaikan tentang Khadijah dan memuji-mujinya setiap hari sehingga aku menjadi cemburu maka aku berkata: Bukankah ia seorang wanita tua yang Allah telah meng-gantikannya dengan yang lebih baik untuk engkau? Maka beliau marah sampai berkerut dahinya kemudian bersabda: Tidak! Demi Allah, Allah tidak memberiku ganti yang lebih baik darinya. Sungguh ia telah beriman di saat manusia mendustakanku, dan menolongku dengan harta di saat manusia menjauhiku, dan dengannya Allah mengaruniakan anak padaku dan tidak dengan wanita (istri) yang lain. Aisyah berkata: Maka aku berjanji untuk tidak menjelek-jelekkannya selama-lamanya.”

2. Fatimah

Dia adalah belahan jiwa Rasulullah, putri wanita terpandang dan mantap agamanya, istri dari laki-laki ahli surga yaitu Ali bin Abi Thalib.

Dalam shahih Muslim menurut syarah An Nawawi Nabi bersabda: “Fathimah merupakan belahan diriku. Siapa yang menyakitinya, berarti menyakitiku.”

Dia rela hidup dalam kefakiran untuk mengecap manisnya iman bersama ayah dan suami tercinta. Dia korbankan segala apa yang dia miliki demi membantu menegakkan agama suami.

Fathimah adalah wanita yang penyabar, taat beragama, baik perangainya, cepat puas dan suka bersyukur.


3. Maryam binti Imran

Beliau merupakan figur wanita yang menjaga kehormatan dirinya dan taat beribadah kepada Rabbnya. Beliau rela mengorbankan masa remajanya untuk bermunajat mendekatkan diri pada Allah, sehingga Dia memberinya hadiah istimewa berupa kelahiran seorang Nabi dari rahimnya tanpa bapak.


4. Asiyah binti Muzahim

Beliau adalah istri dari seorang penguasa yang lalim yaitu Fir’aun laknatullah ‘alaih. Akibat dari keimanan Asiyah kepada kerasulan Musa, ia harus rela menerima siksaan pedih dari suaminya. Betapapun besar kecintaan dan kepatuhannya pada suami ternyata di hatinya masih tersedia tempat tertinggi yang ia isi dengan cinta pada Allah dan RasulNya. Surga menjadi tujuan akhirnya sehingga kesulitan dan kepedihan yang ia rasakan di dunia sebagai akibat meninggalkan kemewahan hidup, budaya dan tradisi leluhur yang menyelisihi syariat Allah ia telan begitu saja bak pil kina demi kesenangan abadi. Akhirnya Asiyah meninggal dalam keadaan tersenyum dalam siksaan pengikut Fir’aun.

Dari Abu Hurairah, Nabi Shallallahu alaihi wasalam berkata:

“Fir’aun memukulkan kedua tangan dan kakinya (Asiyah) dalam keadaan terikat. Maka ketika mereka (Fir’aun dan pengikutnya) meninggalkan Asiyah, malaikat menaunginya lalu ia berkata: Ya Rabb bangunkan sebuah rumah bagiku di sisimu dalam surga. Maka Allah perlihatkan rumah yang telah disediakan untuknya di surga sebelum meninggal.”

Wanita yang durhaka

1. Istri Nabi Nuh

2. Istri Nabi Luth

Mereka merupakan figur dua orang istri dari para kekasih Allah yang tidak sempat merasakan manisnya iman. Hatinya lebih condong kepada apa yang diikuti oleh orang banyak daripada kebenaran yang dibawa oleh suaminya. Mereka justru membela kepentingan kaumnya karena tidak ingin dimusuhi dan dibenci oleh orang-orang yang selama ini mencintai dan menghormati dirinya. Maka kesenangan sesaat ini Allah gantikan dengan kebinasaan yang didapat bersama kaumnya. Istri Nabi Nuh ikut tenggelam oleh banjir besar bersama kaumnya yang menyekutukan Allah dengan menyembah patung-patung orang shalih, sedangkan istri Nabi Luth ditelan bumi karena adzab Allah atas kaumnya yang melakukan liwath (homoseksual).

Semua cerita ini telah Allah rangkum dalam sebuah firmanNya yang indah dalam surat At-Tahrim ayat 10-12, yang artinya: “Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang shalih di antara hamba-hamba Kami, lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah: dan dikatakan (kepada keduanya) : Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka). Dan Allah membuat istri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisimu dalam Surga. Dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang dhalim. Dan Maryam puteri Imran yang memelihara kehor-matannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan kitab-kitabnya dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat.”

Semoga kisah para wanita ini bisa menjadi pelajaran bagi para wanita zaman ini untuk berkaca diri, kira-kira saya termasuk golongan yang mana? Apakah golongan yang dicintai Allah atau yang dimurkaiNya?

Bagi wanita yang belum berumah tangga, saat ini merupakan kesempatan besar baginya untuk memperbanyak amalan shalih dan mendekatkan diri pada Allah, bukannya justru menghabiskan masa mudanya dengan hura-hura dan kegiatan lain yang tidak bermanfaat. Dan bagi mereka yang sudah berumah tangga, selain menjaga keistiqomahannya dalam berIslam dia juga diberi beban tambahan oleh Allah untuk membantu suami menjalankan agamanya. Istri yang demikian meru-pakan harta yang paling berharga.

Dari kisah mereka, kita juga bisa mengambil pelajaran bahwa dalam keadaan bagaimanapun, hendaknya ketundukan kepada syariat Allah dan RasulNya harus tetap di atas segala-galanya. Asalkan berada di atas kebenaran, kita tidak perlu takut dibenci oleh masyrakat, sahabat, maupun orang yang paling istimewa di hati kita. Justru kewajiban kita adalah menunjukkan yang benar kepada mereka. Dengan begitu kita akan mendapatkan cinta sejati .. cinta Allah Rabbul ‘alamin.

Mudah-mudahan kita selalu diberi keistiqomahan untuk menapaki dan mengamalkan syariat yang haq (benar) walaupun kita seorang diri. Amin.

Maraji’:

1. Ahkamun Nisa’, Ibnul Jauzi.

2. Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-Atsqalani.

3. Tuhfatul Ahwadzi, Al Mubarakfuri.

4. Wanita-wanita Shalihat Dalam Lintas Sejarah Islam, Muhyidin Abdul Hamid.

*Gambar Ilustrasi

Sumber: diambil dari arrahmah.com

Sebelumnya, bom juga meledak di Ambon, Muslim Ambon siaga

M. Fachry

Ahad, 25 September 2011 20:53:17

Hits:

AMBON (Arrahmah.com) – Ternyata, sebelum ledakan bom yang mengejutkan di GBIS Kepunton, Solo terjadi, Ahad (25/09/2011), sebuah bom rakitan meledak di terminal Mardika, Sabtu (24/09/2011) sekitar pukul 23.00 WIT. Muslim Ambon mencurigai bom rakitan ini ulah provokator yang ingin mengulang insiden 11 September lalu di Ambon. Kaum Muslimin Ambon pun kembali siaga!

Bom rakitan provokasi kerusuhan

Belum selesai pengungkapan kasus insiden rusuh Ambon, 11 September 2011, Ambon kembali diguncang sebuah bom rakitan yang meledak di terminal Mardika, sekitar pukul 23.00 WIT, Sabtu (24/09/2011). Menurut keterangan seorang warga, bom tersebut kecil dan cuma bom rakitan yang diledakkan di sela-sela toko dan jalan, tepatnya di samping sungai seberang Kodam.

Setelah ledakan, puluhan polisi langsung melakukan pengamanan di TKP. Terhadap bom rakitan ini, kaum Muslimin Ambon mencurigai bahwa bom tersebut adalah ulah provokator yang ingin mengulang insiden 11 September. Hal ini dikarenakan sebelumnya beredar isu bahwa besok Minggu, 25 September 2011 akan terjadi kerusuhan besar-besaran di Ambon.

“Ini ulah provokator untuk mengacaukan kedua belah pihak. Karena saat ini beredar isu akan ada kerusuhan besar-besaran tanggal 25 September,” ujar seorang pemuda Islam yang sedang bersiaga.

Akibat bom rakitan tersebut, suasana Ambon kembali memanas, karena warga trauma dengan inseden kemarin, yang menewaskan 7 orang Muslim, meluluhlantakkan puluhan rumah, dan mengakibatkan ribuan kaum Muslimin mengungsi.

Penyusup Kristen ke kampung Islam kepergok

Ironisnya, di saat situasi mencekam pasca ledakan bom rakitan di terminal Mardika Ambon, seorang pria yang diduga dari pihak Kristen menyusup ke perkampungan Muslim dengan membawa bensin.

Seorang ibu warga Amplas (Ambon Plasa) yang minta dirahasiakan namanya, memaparkan kepada voa-islam.com, bahwa ia memergoki dua orang pria dini hari sekitar pukul 01.00 WIT (25/9/2011). Satu orang di antaranya memakai sweater warna merah membawa satu jerigen besar berisi bensin.

Melihat gelagat mencurigakan, seorang ibu mendekat sambil berteriak, “Hai kamu sedang apa?” Tanpa pikir panjang dua pemuda mencurigakan itu kabur dengan motornya, tanpa sempat membawa jerigen bensinnnya.

Ibu paruh baya itu menengarai kedua pelaku berasal dari pihak kristen, karena saat kepergok, langsung melarikan diri menuju perkampungan kristen.

“Posisi mereka malam itu berada di Amplas, kemudian lari melalui Lorong Arab,” jelasnya.

Mengantisipasi seluruh kondisi tersebut, kaum Muslimin Ambon tetap waspada dengan berjaga-jaga di desa-desa perbatasan, khususnya di kampung Waringin, Air Mata Cina, Batu Merah, Mardika, dan Jalan Baru. Semoga Allah SWT., selalu memberikan pertolongan kepada mereka. Insya Allah!

(M Fachry/voa-islam/arrahmah.com)

Pesan kaum Muslimin Ambon atas ledakan di Solo

M. Fachry

Ahad, 25 September 2011 16:54:00

Hits:

AMBON (Arrahmah.com) – Kaum Muslimin Ambon, korban kedzoliman nasrani pasca kerusuhan 11 September 2011, mengirim pesan menanggapi ledakan bom yang terjadi di GBIS Kepunton, Tegalharjo, Jebres, Solo, Ahad (25/09/2011), sekitar pukul 10.55. Mengapa kaum Muslimin diperlakukan diskriminatif?

Pasca ledakan bom di GBIS Kepunton, Tegalharjo, Jebres, Solo, Ahad (25/09/2011) sekitar pukul 10.55 WIB, aparat pemerintah terlihat langsung sibuk. Selain presiden SBY sendiri yang langsung memberi instruksi untuk mengungkap pelaku peledakan, Kapolri dan Kabareskim pun langsung mengunjungi TKP. Hal ini berbeda sekali dengan ketika kerusuhan Ambon meletus pada Ahad, 11 September 2011 lalu, dimana hingga kini belum juga diungkap siapa pemicu dan pelaku kerusuhan tersebut. Berikut sms keprihatinan dari kaum Muslimin Ambon yang dikirin ke redaksi Arrahmah.com

Pesan kaum Muslimin Ambon korban kedzoliman Nasrani

Ketika bom meledak di gereja kepunton Solo, semua pejabat dari presiden, menkopolhukan, kapolri, sampai ketua umum GP Ansor semuanya berkomentar pedas, mengutuk dan meminta segera diusut dan ditangkap pelakunya. Tapi kenapa ketika tanggal 11 September 2011, kaum Muslimin Ambon menjadi korban kedzoliman orang-orang Nasrani kita tidak mendengar komentar yang sama seperti hari ini ?

Padahal, ada 7 orang Muslimin Ambon yang tewas pada kejadian tersebut, ada 100 orang lebih kaum Muslimin yang terluka, ada 1 kampung Muslim yang habis terbakar rumahnya, ada 3000 pengungsi Muslim yang berada di tempat-tempat pengungsian sampai hari ini dengan keadaan yang sangat memprihatinkan. Bisakah presiden, menkopolhukam, kapolri, kapolda Maluku atau bahkan ketua umum GP Ansor mengungkap dan menangkap dengan segera pelaku yang telah membakar kampung Muslimin Waringin, Ambon, yang telah membunuh 7 orang Muslim yang telah mencederai 100 orang Muslim Ambon?

Sumber: diambil dari (M Fachry/arrahmah.com)

Tim Pembela Muslim: "Jangan selalu kaitkan aksi pemboman dengan Ustadz Ba'asyir"

Rasul Arasy

Senin, 26 September 2011 15:00:52

Hits:

JAKARTA (Arrahmah.com) – Tim Pembela Muslim (TPM) menyesalkan sejumlah pihak yang selalu mengaitkan peristiwa bom dengan Ustadz Abu Bakar Ustadz Ba’asyir.

“Jangan selalu kaitkan bom dengan Ustadz Ba’asyir,” kata Ketua Dewan Pembina Tim Pembela Muslim (TPM) Pusat, Mahendradatta, menanggapi pemboman di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Jalan Arif Rahman Hakim, Solo, Jawa Tengah, pada Ahad (25/9/2011).

Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa selain merugikan ustadz Ba’asyir, pembentukan opini seperti itu bisa menghambat penyelidikan, karena polisi selalu mempersonifikasi Ustadz Ba’asyir sebagai dalang di balik bom.

Mahendradatta mengungkapkan rangkaian peristiwa pemboman semakin banyak terjadi justru saat Ustadz Ba’asyir di dalam tahanan.

“Lihat saja. Ada bom buku, kemudian bom Cirebon, dan terakhir bom Solo ini,” tuturnya.

Mahendra juga mengatakan, Ustadz Ba’asyir belum dapat menanggapi terkait peristiwa bom Solo. Di tahanan Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri Pimpinan Pondok Pesantren Ngruki tersebut dilarang memakai alat komunikasi.

“Dia bukan tahanan korupsi yang bisa bawa HP,” ujarnya.

Namun, saat Lebaran, Ustadz Ba’asyir pernah mengatakan selama “mastermind” belum ditangkap, rangkaian bom akan terus terjadi. Ustadz Ba’asyir mensinyalir, mastermind tersebut berada di luar negeri.

“Detonator bom itu tidak mudah dibuat. Pasti setingan dari luar negeri,” ujar Mahendra mengutip perkataan Ustadz Ba’asyir.

Namun demikian, Ustadz Ba’asyir enggan mengungkapkan di negara mana pembuatan detonator bom itu. Mahendra menambahkan, yang jelas warga negara Indonesia, cuma dijadikan alat untuk melakukan pengeboman.

Sumber: diambil dari (muslimdaily/arrahmah.com)


Muallaf Krakow berbagi kisah (1) : Tertarik Islam karena hijab Muslimah

Ukasyah

Senin, 26 September 2011 09:00:48

Hits:

Allahu Akbar! “It’s very amazing moment when I am beside you, my sister…Masya Allah… Ya Allah…I am very happy…”, kalimat itu berurai dari mulut seorang Aysha—nama hijrah seorang Joanna. Tak henti-hentinya ia memelukku, mencubit pipiku, menggendong anak-anakku (dua putra saya yang masih batita) secara bergantian, ekspresinya begitu sumringah. Sulungku yang hampir berusia delapan tahun mengarahkan kamera ponsel kepada kami, sesuai permintaan Aysha yang tampak bergembira karena bisa berkumpul bersama saudari muslimah untuk berbuka puasa bersama di masjid Krakow.

Wajar saja ‘seheboh’ itu sikap Aysha, ibarat ‘fresh from the oven’, semangatnya memang sedang menjulang tinggi, mengaliri ketulusan jiwanya yang baru beberapa bulan lalu menjadi muallaf. Ramadhan 1432 Hijriyah ini adalah ramadhan pertamanya. Ia bertutur, “Sebenarnya hati saya sudah condong kepada islam sejak beberapa tahun silam. Tapi sister, saya baru mantap bersyahadat di akhir tahun lalu, dan secara resmi tercatat kemusliman saya adalah beberapa bulan lalu, sejak saya sudah berusia delapan belas tahun.“

Dimulai dengan perkenalannya akan forum diskusi remaja yang membahas tentang agama di sebuah situs internet, ada seorang teman yang mengirimkannya hadiah berupa Al-Qur’an lengkap dengan terjemahannya berbahasa Inggris. Agar dapat memperlancar bahasa Inggris, ia pun tertarik membaca ‘buku’ itu. Namun hal yang membuat hatinya lebih berdebar adalah ketika kemudian keluarganya berlibur ke sebuah kota di Mesir, disana terasa kental suasana islami, terutama di rumah keluarga sang teman (yang ia kenal melalui dunia maya pula). Diam-diam hatinya berkata, “Saya mau menjadi ibu yang anggun dan baik hati seperti ibunya teman saya ini…”, ibu yang dilihatnya adalah seorang muslimah berpakaian menutup aurat, lengkap dengan cadar/niqob. Sang Ibu yang begitu cekatan melayani tamu-tamu di rumahnya serta sangat ramah dan penyabar ketika menghadapi anak-anak kecilnya yang selalu aktif dan ‘heboh’.

Ia utarakan kepada orang tuanya bahwa ia sangat tertarik pada islam, dan saat itu orang tua masih belum menanggapi secara serius. Dalam pencariannya menuju hati yang mantap, Aysha melanjutkan bacaan terjemahan Al-Qur’an, belajar sholat secara on-line dengan teman muslimnya, dan ia mulai banyak bertanya di forum tanya-jawab tentang islam.

Penulis dan Aysha (Krudung hitam). Ia sangat senang bermain dengan anak-anak

Aysha hanya tinggal dengan seorang kakak lelaki dan mama mereka, sementara papanya telah berpisah, dan sudah lama tinggal di kota lain. Namun mama dan papanya tetap menjalin hubungan pertemanan, dan suatu hari beberapa bulan lalu ketika orang tuanya memutuskan liburan ke Mesir lagi, Aysha bilang, “Saya ikut kesana, sekalian ingin bersyahadat di masjid….”

Orang tuanya sangat marah, selama ini mereka tak tahu kalau ternyata Aysha sudah ‘jauh’ belajar tentang islam. Namun karena usia Aysha sudah hampir delapan belas tahun yang berarti boleh punya pilihan hidup sendiri, maka orang tuanya menyerahkan keputusan padanya. Tadinya, keluarga besar mamanya ingin mengusir, “Apa-apaan kamu, tidak ada keluarga kita yang bukan pemeluk katholik! Pergi sana kalau mau masuk Islam!” Aysha bilang, “Saya siap jika harus pergi…”, dengan yakinnya ia berkata sedemikian, sang mama mencegahnya dan berujar bijak, “Tidak, jangan pergi, kamu bisa memilih agama barumu. Itu keputusan pribadimu, silakan saja. Tapi tetaplah tinggal bersama mama.”

Aysha berharap, suatu hari, mamanya pun memperoleh hidayah menjadi muslimah sebagaimana dirinya (amiin). Banyak hal yang dikritisi sang mama seiring banyaknya perubahan pada diri Aysha. Misalnya ketika Aysha langsung menutup auratnya, kemanapun ia pergi saat di luar rumah selalu berhijab, bahkan ia ingin ‘meng-up date’ kartu identitas dirinya yang sudah berhijab, sang mama berkata, “Koq kamu begitu anehnya, apakah kamu sudah gila? Orang-orang lain yang muslim perempuan masih banyak yang berpakaian biasa saja, pakai celana pendek dan baju tanpa lengan, lihatlah …” (mereka kala itu berada di Mesir, dan juga membandingkan dengan kota-kota lain, seperti di negara Indonesia ketika sebuah saluran televisi membahas tentang dunia islam). Aysha menjawab, “Saya diperintahkan Allah untuk menutup aurat, inilah pakaian muslimah yang sebenarnya. Saya tidak tau kenapa muslimah yang kita lihat, ada yang belum menutup auratnya, saya do’akan mereka segera berhijab, mereka punya alasan masing-masing, mama, dan kelak di hadapan-Nya juga dimintai pertanggung-jawaban masing-masing…”.

Suatu kali Aysha menolak makan kue bolu coklat yang dibuatkan mamanya. “What’s wrong, Aysha?”, tanya si mama. Aysha bilang, “Saya melihat kakak menambahkan alkohol pada adonan yang mama buat. Saya mau makan kue bolu bikinan mama jika tanpa alkohol”, serius ia menjawab.

Dan ketika Saya menawarkan untuk ikut meng-order daging halal pada brother yang biasa mendistribusikan daging halal, Aysha berujar, “Sorry, dear sister, Saya belum bekerja. Mama-lah yang membelanjai makanan buat kami. Jadi jika saya beli daging halal, ‘it’s special meat…and expensive’, kami tidak mampu membelinya, mahal…”, bisiknya. Saya sangat terharu. Memang harga daging halal adalah empat kali lipat dari pada harga pasaran daging potong yang biasa dijual di berbagai kedai daging di Krakow. Yah, salah satu perjuangan seorang muslim dalam menjaga kehalalan makanannya adalah pengeluaran dana yang lebih besar untuk ‘special meat’ ini. Maka jika berkesempatan bertemu ketika berbuka puasa bersama, saudari lainnya membagi daging halal kepada Aysha dan teman muallaf lainnya—setidaknya cukup buat porsi makan sahur dan berbuka puasa mereka keesokan harinya.

Aysha bercerita, beberapa hari lalu papanya datang jam enam sore dan membawakan kue untuk dimakan bersama. “Saya berpuasa, pa…”, ujarnya. Si papa kaget, “What’s…? Kamu menyiksa diri?!”, nada suaranya sangat kesal.

“Oh, tidak. Bukan menyiksa diri. Puasa adalah rukun islam, pa. Saya adalah muslimah sekarang…Apa yang diperintahkan Allah, saya harus taati…”, kata Aysha. Sang papa menggelengkan kepala berkali-kali, bingung melihat keanehan putrinya yang dulu amat manja. Mereka harus menanti hingga pukul sembilan ketika adzan maghrib, waktu berbuka puasa untuk menikmati kue itu.

Sahur adalah waktu sang mama mengomel-ngomel. Sebab meskipun Aysha perlahan-lahan menyiapkan makanan di dapur, mama dan kakaknya tetap mendengar suara-suara ‘berisik’ dan merasa terganggu. Maka Aysha menyiasatinya dengan makan malam di waktu tengah malam (waktu yang telat buat makan malam, namun menu makan malam yang sudah disiapkan si mamanya tinggal dipanaskan saja) sebagai pengganti makan sahur, setidaknya sekarang mamanya tak lagi banyak mengomel.

Subhanalloh, awal september nanti Aysha bersiap-siap memasuki jenjang perkuliahan, ia sangat tertarik pada dunia arsitek, dan ia lulus memasuki universitas dambaannya pada jurusan arsitek. Manakala ia melihat kondisi Islamic-Centre Krakow yang masih ‘lumayan tidak rapi’, ia begitu bersemangat untuk ikut merapikannya. Ia bilang, “Sister, tolong bukakan pintu masjid esok sore, kami datang lebih awal, saya dan temanku ingin membersihkan WC, izinkan saya pula untuk menyumbang ide, bla bla…”, begitu antusiasnya sister Aysha menjelaskan ide-ide gemilangnya supaya ruangan masjid itu kelak lebih nyaman dipergunakan.

Satu lagi ‘keuntungan’ ketika Aysha berkumpul bersama kami, ia langsung menjadi ‘baby-sitter’ dadakan. Anak-anak sangat ceria bermain dengannya, ia pun berharap suatu hari kelak, ia dapat menjadi ibu yang baik, mendampingi anak-anak bermain dan belajar, dalam sebuah keluarga muslim yang utuh. Ia bilang, “Tadi pagi ketika di rynek (pusat turis Krakow) ada pemandangan keren, semua orang melihat kepada pemandangan ‘aneh’ itu, yaitu ada keluarga muslim dari jazirah Arab tengah berlibur, dan si istri tetap menggunakan niqob. Subhanalloh…Keluarga itu cuek saja meskipun ada orang yang sampai berhenti mendadak karena ingin menontoni mereka. Wah, bagi saya, keren banget keluarga itu!”, katanya. Yah, di Krakow, saudari-saudari (asal jazirah Arab) yang biasa berniqob, harus melepas niqobnya, disini masih teramat fantastis busana sedemikian. Jadi pasti akan di-cek melulu oleh pihak keamanan, apalagi ‘booming’nya berita terorisme yang dikaitkan dengan islam oleh media-media musuh islam.

Namun pada kenyataannya, benarlah janji Allah ta’ala, Dia sendiri yang menjaga segala ciptaan-Nya, pun yang menjaga hati para pemeluk hidayah-Nya. Banyak orang malah berbalik tertarik pada islam justru karena hembusan fitnah media, pada palarangan niqob, pada keunggulan ‘pandangan aneh’ yang dilabel-kan kepada pemeluk islam nan kaffah. Allahu Akbar!

Sekarang sister Aysha bertanya kepada anda, duhai muslimah, “Jika saya yang baru memeluk agama-Nya ini dan langsung menjalankan kewajiban dengan seyakin-yakinnya. Lantas kenapa anda—muslimah yang sudah lama merasakan cahya Islam, masih ragu-ragu menutup aurat anda, padahal itulah satu-satunya cara untuk menjaga kehormatan diri? Saya sangat bersyukur menjadi muslimah, dan insya Allah cara berjumpa seorang suami kelak tak meniru ‘tradisi’ teman lokal sini yang terbiasa hidup bersama sebelum menikah. Saya berdo’a semoga anda yang belum berhijab, segera memantapkan hati : berhijablah, saudariku yang kucintai karena Allah…”, senyumnya amat tulus.

Allah ta’ala mengingatkan dalam firman-Nya, “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. …” (QS. An-Nuur : 31). Ketika turun ayat-Nya tersebut yang memerintahkan untuk menutupkan kain kerudung hingga dada para wanita, seketika itu para suami mengabarkan isi perintah ayat itu kepada istri, anak-anak perempuannya dan saudara perempuan mereka. Segeralah mereka mengambil kain dan menutup aurat hingga seluruh tubuh. Sami’na wa atho’na adalah kunci keselamatan.

Wallahu ‘alam bisshowab.

(bidadari_Azzam, @Islamic-Centre, Krakow, malam 21 ramadhan 1432 H)

Sumber: Diambil dari Arrahmah.com

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...